Tradisi Meugang, Apakah Lebih Baik "Dihilangkan" Saja?

 
Tradisi Meugang, Apakah Lebih Baik

LADUNI.ID, KOLOM-MENJELANG bulan Ramadhan dan lebaran dalam masyarakat Aceh dikenal adanya tradisi “Meugang”. Membuka dan menelusuri asal-usul dan sejarah awalnya, tidak ada referensi yang signifikan yang menyebutkan kapan secara pasti awal sejarah meugang itu lahir.

Walaupun demikian, sebagian ahli sejarah juga telah mencoba menalaah dan mengkajinya. Diantaranya seperti disebutkan oleh Ali Hasyimy dan beberapa tokoh lainnya menjelaskan bahwa tidak ditemukan referensi yang sangat menyakinkan dalam lintasan sejarah, siapa dan kapan pertama sekali tradisi meugang ini dilakukan.

Sejarawan juga ulama Ali Hasjimy dalam
pandangannya menyebutkan bahwa tradisi meugang ini sudah dimulai sejak masa Kerajaan Aceh Darussalam. Tradisi meugang ini dilaksanakan oleh kerajaan di istana yang dihadiri oleh para sultan, menteri, para pembesar kerajaan serta ulama.

Pada hari itu, raja memerintahkan kepada Balai Fakir, yaitu badan yang menangani fakir miskin dan duafa untuk membagikan daging, pakian dan beras kepada fakir miskin dan kaum duafa. Biaya ini semuanya ditanggung oleh bendahara Silatu Rahim, yaitu lembaga yang menangani hubungan negara dan rakyat di Kerajaan Aceh Darussalam.

Menelaah paparan di atas menunjukkan bahwa esensi meugang itu sangat mulia bukan hanya melahirkan nilai relegi juga wasilah (perantara) dalam mengaplikasikan pesan agama baik silaturrahmi dengan orang tua, sanak keluarga juga “saweu gampong” mereka kaum perantau.

UNTUK DAPAT MEMBACA ARTIKEL INI SILAKAN LOGIN TERLEBIH DULU. KLIK LOGIN

 

 

Tags