"Becoming Leader" ala Kanjeng Nabi, Sebuah Catatan tentang Mbah Dullah

Oleh ULIL ABSHAR ABDALLA
LADUNI.ID, Jakarta - Pengarang kitab "Akhbar al-Madinah" (Sejarah Kota Madinah), yaitu Ibn Syabbah, seorang perawi hadis dan ahli sejarah yang hidup pada abad ke-3 Hijriyah, menuturkan kisah yang menarik tentang Kanjeng Nabi Muhammad Saw. Kisah ini, bagi saya, penting sekali karena bisa menjadi teladan bagi orang-orang yang hendak menjadi pemimpin.
Demikian kisah yang dituturkan Ibn Syabbah:
Tahun-tahun pertama ketika Nabi baru datang di Madinah dan secara fisik masih cukup kuat, beliau punya kebiasaan menjenguk orang-orang yang sedang sakit keras dan menjelang maut - - "ukhtudlira", "dying". Nabi akan menunggui, membacakan istighfar, memintakan ampunan bagi sang pasien, hingga yang terakhir ini meninggal. Kadang-kadang Nabi menunggu berjam-jam.
Kebiasaan semacam ini menimbulkan rasa kasihan pada sebagian sahabat. Mereka tidak tega melihat Nabi menunggu berjam-jam. Urusan beliau, sebagai kepala proto-negara Madinah dan pemimpin agama, tentulah banyak. Akhirnya mereka bersepakat untuk tidak memberi-tahu Nabi jika ada sseeorang yang sedang sekarat. Mereka akan memberi tahu Nabi setelah yang bersangkutan meninggal.
Ketika Nabi diberitahu, beliau akan "cekat-ceket", segera datang, menunggui jenazah hingga selesai di-"pulasara", dikafani, lalu menyalatinya, dan kerap juga mengantarnya hingga ke pemakaman.
UNTUK DAPAT MEMBACA ARTIKEL INI SILAKAN LOGIN TERLEBIH DULU. KLIK LOGIN
Support kami dengan berbelanja di sini:
Memuat Komentar ...