Tahun 1960-an M: Nada Kebahagiaan! Mengungkap Sejarah Shalawat Tarhim di Indonesia

 
Tahun 1960-an M: Nada Kebahagiaan! Mengungkap Sejarah Shalawat Tarhim di Indonesia
Sumber Gambar: Pinterest, Ilustrasi: Laduni.ID

Laduni.ID,Jakarta- Shalawat Tarhim diciptakan oleh Syeikh Mahmud Khalil Al-Husshari (1917-1980), seorang qari’ ternama dan lulusan Al-Azhar. Syeikh Al-Husshari dikenal luas karena kontribusinya yang besar dalam dunia qira'ah dan lantunan ayat-ayat suci Al-Qur'an, sehingga Shalawat Tarhim menjadi salah satu karya yang banyak diapresiasi oleh umat Muslim di berbagai belahan dunia.

Beliau juga dikenal sebagai Ketua Jam’iyatul Qurra’ wal Huffadz di Mesir, sebuah organisasi yang menghimpun para penghafal Al-Qur'an. Di bawah kepemimpinannya, organisasi ini menjadi tonggak penting dalam pengembangan dan pelestarian tradisi hafalan Al-Qur'an di Mesir dan sekitarnya.

"Syeikh Mahmud Al-Husshari tidak hanya dikenal karena bakat qira'ah dan tartilnya yang luar biasa, tetapi juga karena kedalaman ilmu yang dimilikinya dalam bidang tersebut. Kealimannya begitu mencolok sehingga beliau dijuluki sebagai Sheikh al-Maqari’—gelar yang menggambarkan penghormatan atas kearifan dan otoritasnya dalam dunia qira'ah.

Shalawat Tarhim pertama kali diperkenalkan di Indonesia pada akhir tahun 1960-an ketika Syeikh Mahmud Al-Husshari berkunjung ke negeri ini. Pada saat itu, beliau diminta untuk merekam Shalawat Tarhim di Radio Lokananta, Solo, sebuah momen bersejarah yang menandai awal dari penyebaran dan popularitasnya di tanah air.

Hasil rekaman tersebut kemudian disiarkan melalui Radio Lokananta dan Radio Yasmara (Yayasan Masjid Rahmat) di Surabaya. Dari sinilah Shalawat Tarhim mulai meraih popularitas di seluruh Indonesia.

UNTUK DAPAT MEMBACA ARTIKEL INI SILAKAN LOGIN TERLEBIH DULU. KLIK LOGIN