Ramadhan di Pesantren, Sebuah Kenangan (Seri 3)

 
Ramadhan di Pesantren, Sebuah Kenangan (Seri 3)

LADUNI.ID - Aktifitas pesantren lain pada dan selama Ramadan adalah "Ngaji Pasaran", begitu istilah yang populer di kalangan para santri. Yakni mengaji kitab "turats", klasik, yang harus khatam dalam bulan ramadan. Hampir di semua pesantren di Jawa menyelenggarakan kegiatan ini. Ngaji pasaran diadakan dari pagi sampai tengah malam, jam 00.00. Praktiknya adalah Kiyai/qari membaca dan memaknai kitab yang dipilih untuk diaji. Sementara para santri atau para peserta "Ngaji Pasaran", mencatat makna yang disampaikan kiyai/qari tadi. Kegiatan ini dimulai sejak usai salat Subuh sampai zhuhur. Usai shalat, kegiatan ini kemudian dilanjutkan sampai shalat Ashar. Lalu, setelah shalat Ashar dilanjutkan kembali sampai menjelang Maghrib. Untuk beberapa saat kegiatan ngaji dihentikan, memberikan kesempatan kepada para santri untuk beristirahat, berbuka puasa, shalat Maghrib dan Tarawih. Kemudian usai shalat Tarawih dilanjutkan kembali sampai jam 00.00 malam, kadang 00.01. Ngaji pasaran ini berlangsung setiap hari sampai tanggal 25 Ramadhan.

Para kiyai dan ustaz di Pondok Pesantren Darut Tauhid, mendapat bagian untuk memimpin pengajian kitab, dengan materi dan waktu yang berbeda-beda. Abah Inu—panggilan akrab KH. Ibnu Ubaidillah, pengasuh utama—misalnya, memimpin pengajian kitab dari jam 9 pagi sampai Zhuhur. Dilanjutkan ba'da zhuhur sampai shalat maghrib. Dilanjutkan ba'da shalat Tarawih. Kitab yang diaji kebanyakan kitab-kitab hadits atau “Kutub al-Sittah”, kitab “Shahîh al-Bukhârîy” “ShahîhMuslim”, "Sunan Abi Daud", "Sunan Nasai", "Sunan Ibnu Majah", dan "Sunan Tirmizi". Atau, kadang-kadang, mengaji kitab al-Muwaththa` karya Imam Malik. Kitab-kitab ini berjilid-jilid, ribuan halaman. Beliau juga suatu saat membaca kitab "Fathul Wahab", sebuah kitab Fiqh mazhab Syafii standar.

UNTUK DAPAT MEMBACA ARTIKEL INI SILAKAN LOGIN TERLEBIH DULU. KLIK LOGIN