Meneladani Kisah Perjuangan Siidil Habib Umar bin Hafidz

 
Meneladani Kisah Perjuangan Siidil Habib Umar bin Hafidz

Tulisan ini dalam rangka memperingati Hari Lahir Siidil Habib Umar bin Hafidz yang ke-56 (27 Mei 1963 - 27 Mei 2019)

Oleh ISMAEL AMIN KHOLIL

LADUNI.ID, Jakarta - Selama 6 tahun lebih berguru kepada beliau, tentunya banyak sekali hal-hal menakjubkan tentang beliau yang kiranya tak akan cukup dituangkan dalam sebuah tulisan. Mulai dari keistiqomahan, keikhlasan, budi pekerti  luhur dan ribuan cerminan kemuliaan lainnya.

Saya berkali-kali membuat tulisan tentang beliau, salah satunya tulisan ini, tulisan yang berusaha menjelaskan bahwa tidak ada kemuliaan dan kesuksesan yang bersifat instan. Habib Umar meraih semua itu dengan melewati ribuan cobaan dan rintangan, bahkan sejak usia beliau 9 tahun.

Di masa-masa awal beliau berdakwah dan mempunyai santri, setiap paginya beliau menyetir mobil sendiri dari Tarim ke Seiwun (sekitar 20-30 Km) untuk membeli roti sarapan untuk para santrinya. Di musim dingin, beliau dan keluarga juga seringkali tidur kedinginan tanpa selimut untuk memastikan para santrinya tidur nyaman dan tak kedinginan.

Beliau bahkan pernah bercerita bahwa pada suatu hari raya, beliau tak memiliki uang untuk hanya sekedar membeli daging, kala itu beliau hanya bisa membeli biskuit Abu walad (biskuit murah ala Yaman). Ketika menceritakan kisah itu, beliau berkata dengan penuh rasa syukur:

"Apa yang kurang dari kehidupanku meskipun waktu itu aku hanya bisa memakan biskuit Abu Walad?"

UNTUK DAPAT MEMBACA ARTIKEL INI SILAKAN LOGIN TERLEBIH DULU. KLIK LOGIN