Menelaah Kembali Anjuran Puasa Syawal dan Praktiknya

 
Menelaah Kembali Anjuran Puasa Syawal dan Praktiknya
Sumber Gambar: Pinterest, Ilustrasi: laduni.ID

Laduni.ID, Jakarta - Tradisi fiqih itu membuka ruang terjadinya perbedaan pendapat. Saya ingin memberi contoh mengenai puasa enam hari di bulan Syawal. Mazhab Syafi’i yang dianut secara luas di tanah air menganggap ini puasa sunnah. Saya ingin sodorkan pendapat lain dari Imam Malik agar kita bisa belajar lintas mazhab dan tidak "kagetan" mendengar keragaman pendapat ulama. Semakin kita luaskan bacaan kita, maka semakin kita akan mudah bertoleransi.

Ibn Rusyd dalam Bidayatul Mujtahid menjelaskan berikut ini:

وأما الست من شوال، فإنه ثبت أن رسول الله - صلى الله عليه وسلم - قال: «من صام رمضان ثم أتبعه ستا من شوال كان كصيام الدهر» إلا أن مالكا كره ذلك، إما مخافة أن يلحق الناس برمضان ما ليس في رمضان، وإما لأنه لعله لم يبلغه الحديث أو لم يصح عنده وهو الأظهر

“Adapun mengenai puasa enam hari di bulan Syawal telah ditetapkan berdasarkan Hadis Nabi, ‘Siapa yang berpuasa di bulan Ramadhan, lalu diikuti dengan enam hari di bulan Syawal, maka ia seperti puasa selamanya.’ Akan tetapi Imam Malik meyatakan ini makruh, baik hal ini dikarenakan orang akan menganggapnya sebagai bagian dari Ramadhan, atau memang karena riwayat Hadis di atas tidak sampai pada Imam Malik.”

UNTUK DAPAT MEMBACA ARTIKEL INI SILAKAN LOGIN TERLEBIH DULU. KLIK LOGIN