Hari Raya Perempuan
LADUNI.ID - Tulisan ini berawal dari kegelisahan tentang perempuan –khususnya di desa saya- yang tidak melakukan salat hari raya dan salat jumat dengan alasan adat setempat tidak mengizinkannya. Sebenarnya apakah perempuan mempunyai tempat dalam masjid?
Jika tidak, bagaimana mungkin ‘Rumah Tuhan’ yang Allah perintahkan pada seluruh hamba-Nya untuk berzikir di dalamnya hanya diperuntukkan pada muslim sedang muslimah harus mundur mengalah demi kekhusyukan mereka?
Bukankah muslimah juga hamba Tuhan? Apakah perempuan tidak memiliki tempat dalam masjid? Apakah karena muslimah adalah makhluk indah sehingga tak pantas untuk keluar rumah termasuk untuk beribadah? apakah hanya perempuan yang menyebabkan fitnah dan zina?
Pertanyaan-pertanyaan semacam itu bermunculan di benak saya tatkala mengetahui masih ada masyarakat yang beranggapan bahwa perempuan mempunyai posisi dan peran nomor dua dalam sosial, agama dan kultur. Padahal tak dapat dipungkiri separuh dari kesuksesan sebuah masyarakat adalah kontribusi perempuan. Jika demikian adanya maka tak heran jika ada pernyataan “Agama Islam adalah agama untuk lelaki”.
Kembali pada posisi perempuan dalam masjid. Di beberapa daerah masih banyak ditemukan perempuan yang tak lumrah melaksanakan salat jumat dan salat hari raya di masjid. Alasannya beragam tetapi semuanya bermuara pada adat dan kebiasaan di daerah setempat yang memposisikan perempuan sebagai satu-satunya penyebab fitnah dan fasiknya lelaki.
Memuat Komentar ...