Kolom Gus Nadir : Kosong dan Berisi dalam Memahami al-Qur’an
LADUNI.ID - Imam al-Qurthubi dalam pengantar kitab tafsirnya menjelaskan dua corak penafsiran al-Qur’an yang harus dihindari.
Pertama, menafsirkan sesuai dengan keinginannya sendiri.
وإنما النهي يحمل على أحد وجهين: أحدهما أن يكون له في الشيء رأي، وإليه ميل من طبعه وهواه، فيتأول القرآن على وفق رأيه وهواه، ليحتج على تصحيح غرضه، ولو لم يكن له ذلك الرأي والهوى لكان لا يلوح له من القرآن ذلك المعنى.
Sebelum memberi tafsiran, mereka sudah punya opini sendiri. Lantas berdasarkan opini tersebut mereka membuka al-Qur’an dan menafsirkannya sesuai dengan opini yang telah terbentuk sebelumnya. Ini namanya memaksa tafsiran al-Qur’an agar cocok dan sesuai keinginannya sendiri. Ini berbahaya.
Dengan kata lain, bukannya menjadikan al-Qur’an sebagai sumber inspirasi, yang bersangkutan malah mencari-cari justifikasi pemahamannya sendiri lewat ayat al-Qur’an. Lantas kemudian dia mengklaim bahwa pendapatnya itu seolah-olah cocok dengan al-Qur’an.
Ini bisa kita lihat dari gaya ‘cocokologi’ yang marak belakangan ini khususnya yang berkenaan dengan suasana politik praktis. Imam Qurthubi menjelaskan lebih jauh:
وذلك إذا كانت الآية محتملة فيميل فهمه إلى الوجه الذي يوافق غرضه، ويرجح ذلك الجانب برأيه وهواه، فيكون قد فسر برأيه أي رأيه حمله على ذلك التفسير، ولولا رأيه لما كان يترجح عنده ذلك الوجه.
Memuat Komentar ...