Imam al-Ghazali dan Kebiasaan Memuji Penguasa

 
Imam al-Ghazali dan Kebiasaan Memuji Penguasa
Sumber Gambar: Foto ist

Oleh: Muhammad Ma’mun

LADUNI.ID. Jakarta - Ini cuma cerita kecil tentang bagaimana seorang ulama berusaha menyelaraskan antara ilmu dan amal, antara apa yang ia katakan dengan apa yang ia lakukan. Ulama yang dimaksud adalah Abu Hamid al-Ghazali, guru Sufi dari Persia abad ke-11. Ulama kelahiran Thus ini terkenal amat ketat standar moralnya dalam soal dakwah dan pengajaran. Dalam salah satu suratnya yang ia alamatkan kepada seorang muridnya, sang Hujjat al-Islam wanti-wanti agar sang murid pantang mengajar apapun kecuali ia mengamalkan terlebih dahulu apa yang akan ia ajarkan.

Nah, dalam buku-bukunya yang membicarakan etika spiritual seperti Ihya’ ‘Ulum ad-Din, al-Arba’in fi Ushul ad-Din, dan Bidayat al-Hidayah, al-Ghazali menganggap pujian sebagai salah satu maksiat lidah, sebanding dengan dusta, gosip. Baginya, kebiasaan memuji akan menimbulkan keburukan moral yang akan menjadi katarak batin di hati setiap Muslim yang sedang menempuh jalan ruhani.

Di dalam Kitab al-Arba’in, misalnya, ia mencatat setidaknya enam keburukan moral yang ditimbulkan oleh pujian; empat di antaranya menimpa mereka yang memuji (al-madih), dan dua sisanya pada mereka yang menerima pujian

UNTUK DAPAT MEMBACA ARTIKEL INI SILAKAN LOGIN TERLEBIH DULU. KLIK LOGIN