Relasi Sastra dan Etika dalam Al-Qur'an
Laduni.ID, Jakarta - Dalam mengekspresikan sebuah makna, kita mendapati dalam Al-Quran berkali-kali Allah memadukan keindahan tutur dan keindahan bertutur. Hal ini sebenarnya menegaskan bahwa ada hubungan kuat antara sastra (اَلْأَدَبُ) dan etika (اَلتَّأَدُّبُ), dengan pemilihan ungkapan yang nampak biasa, Allah menyelipkan tata krama interaksi kehidupan yang anggun dan indah. Ini misalnya, bisa kita lihat dalam beberapa ayat berikut:
Etika kepada Allah SWT
Contoh dalam Surat Al-Fatihah ayat 7:
صِرَٰطَ ٱلَّذِينَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ غَيْرِ ٱلْمَغْضُوبِ عَلَيْهِمْ وَلَا ٱلضَّآلِّينَ
"(yaitu) Jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat kepada mereka; bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat".
Dalam ayat ini, Allah menisbatkan nikmat secara langsung kepada diri-Nya dan tidak menisbatkan marah dan penyesatan kepada-Nya (meskipun juga berasal dari-Nya), ini memberi kita petunjuk etika, bahwa hanya kebaikanlah yang layak dinisbatkan kepada Allah.
Hal ini juga bisa kita temukan dalam Surat Ali Imran ayat 26:
بِيَدِكَ الْخَيْرُ
"Di tangan Engkaulah segala kebajikan."
Dalam ayat ini, Allah mencukupkan penyebutan اَلْخَيْرُ (kebaikan) tanpa menyebut اَلشَّرُّ (keburukan) juga karena alasan mengajarkan etika kesantunan bertutur, untuk tidak menisbatkan keburukan kepada-Nya.
Memuat Komentar ...