Dengki, Kehancuran Diri

 
Dengki, Kehancuran Diri

LADUNI.ID - Seandainya aku bisa bertanya tentang "kedengkian", maka kutanyakan kepada gunung, daratan, lautan, sungai, pepohonan, dan rerumputan.
“Wahai Darat mengapa kamu diciptakan menjadi Darat, apakah kamu rela menjadi diinjak-injak manusia yang sok itu?” kucoba bertanya pada Daratan.

Tiba-tiba Daratan berbisik, dengan wajah sedih, "Kenapa aku diciptakan menjadi daratan ya, yang hanya diinjak-injak manusia dan hewan, akar-akar pohon memenjarakanku. Mengapa aku tidak menjadi gunung saja, yang tinggi menjulang, menjadi paku bumi, dan bisa melihat daratan yang luas". Keluhan Daratan belum selesai.

Tiba-tiba Gunung bertanya tentang dirinya, "Mengapa, aku dijadikan gunung yang hanya menyimpan bara, memuntahkan lahar, mematung tinggi, aku tak dapat berkhidmat pada manusia, orang-orang sholeh pun jarang menaikiku, aku hanya seperti patung dikejahuan, bahkan akhir-akhir ini aku hanya digunduli, dan akupun longsor dan membuat banyak orang meninggal gara-gara aku".

Tak terasa rerumputan berisik di bawah kaki dan mengajakku mendengarkan keluhannya, "Mengapa aku dijadikan rumput, yang tak berharga, diinjak-injak, bahkan keberadaanku pun tak dilirik, beda dengan bunga-bunga, pepohonan yang menjulang tinggi, aku hanya korban manusia dan hewan saja, kadang mengering dan dibakar".

Belum juga rerumputan selesai berkeluh kesah, Lautan dengan debur ombaknya berteriak, "Mengapa nasibku yang dijadikan lautan, kenapa aku tidak dijadikan Gunung, Daratan, dan Pepohonan yang indah atau sunga-sungai yang mengalir seperti dalam al-Qur'an, atau aku hanya sebagai pemuas manusia dengan ikan-ikan yang setiap hari dirampok?, dan dibuat makan para perampok, apakah aku hanya untuk menjadi kenangan untuk menelan orang, menerjang manusia dengan sunamiku, aku menjadi tidak pernah damai dengan gelombangku"

UNTUK DAPAT MEMBACA ARTIKEL INI SILAKAN LOGIN TERLEBIH DULU. KLIK LOGIN

 

 

Tags