Membincang Tren Hijab sebagai Budaya

 
Membincang Tren Hijab sebagai Budaya
Sumber Gambar: Pinterest, Ilustrasi: laduni.ID

Laduni.ID, Jakarta - Saya ingat tahun 90-an awal dulu kalau pergi ke pasar atau mall di pusat kota, maka biasanya ibu-ibu yang saya lihat berjilbab hanya ibu saya sendiri, atau ditambah beberapa ibu-ibu lain yang ketemu di jalan yang jumlahnya bisa dihitung dengan jari. Demikian juga kalau lewat di sekolah-sekolah, yang terlihat berjilbab biasanya hanya siswi madrasah, itu pun kalau sedang sekolah. Di luar jam sekolahnya, banyak siswi madrasah yang melepas jilbabnya. Kalau di sekolah-sekolah negeri, masih bisa dibilang langka keberadaan siswi berjilbab. Saat itu para guru sekolah juga tak sungkan melarang siswinya berjilbab di sekolah.

Sebagai manusia yang tak pernah berjilbab seumur hidup, saya tak tahu persis bagaimana, tetapi sepertinya perlu nyali ekstra untuk tampil berhijab di muka umum saat itu. Jilbab atau hijab saat itu seolah menjadi pakaian inferior, pakaian yang bikin minder, pakaian yang tak layak muncul untuk kegiatan harian. Hijab tak lebih dari sekedar kostum pengajian, tahlilan, atau saat ke masjid saja.

Kini semua sudah berbeda. Kemana pun pergi, rerata perempuan Muslimah, baik muda atau tua, sudah mengenakan jilbab dalam kesehariannya. Yang tipe kalem naik motor matic bahkan yang agak tomboy naik motor laki pun tak jarang berhijab. Siswi sekolah umum rerata sudah berhijab semua. Bahkan hijabers sudah tak canggung lagi untuk berliuk di catwalk dan menghiasi media.

Kalau dulu yang berhijab jadi korban bully, sekarang justru yang melepas hijabnya yang dibully. Saya tak sedang membenarkan pembullian sebab bukan ini cara yang baik dalam mengubah karakter, tetapi setidaknya dapat terlihat bahwa peta kepercayaan diri masyarakat soal hijab sudah berubah sekarang.

UNTUK DAPAT MEMBACA ARTIKEL INI SILAKAN LOGIN TERLEBIH DULU. KLIK LOGIN