Bendera Alam Peudeung dalam Perspektif Sejarah Aceh

 
Bendera Alam Peudeung dalam Perspektif Sejarah Aceh

LADUNI. ID, SEJARAH-Sebuah nadham Aceh yang hingga kini masih dinyanyikan masyarakat Aceh, untuk mengambarkan betapa sulitnya penjajah menduduki tanah rencong ini.

Namun, awal dari kalimat dalam nadham tersebut adalah simbol pemersatu rakyat Aceh yaitu “alam peudeung” yang dimaknai sebagai Bendera Aceh. Sejauh pengetahuan saya, hampir seluruh kerajaan di Indonesia memiliki bandera kebesaran mereka.

“Di Aceh na alam peudeung, Cap sikureung bak jaroe raja, Phon di Aceh troh u Pahang, Tan soe teuntang Iskandar Muda, Bangsa Portugis angkatan meugah, Laju geupinah di Aceh raya, U Melaka keudeh di piyoh, Keunan pih troh geupicrok teuma,”

Tidak terkecuali bandera Kerajaan Mataram yang sampai hari ini masih dikibarkan di Yogyakarta dan sering dijadikan sebagai simbol kerajaan saat kirab para pembesar kerajaan tersebut.

Perihal bandera dalam sejarah Nusantara memang tidak pernah dipermasalahkan, kecuali simbol-simbol tersebut berupaya menghalangi jatidiri bangsa Indonesia yaitu simbol komunis.

Alasan utama menyampaikan nadham tersebut dengan tafsir mengenai bandera di Nusantara. Dalam dataran akademik, persoalan bendera Aceh bukanlah hal yang baru. Artikel singkat ini berupaya untuk menelaah lebih lanjut tentang bendera Aceh ini yang dalam sejarah lebih dikenal dengan “alam Aceh".

Jika ada anggapan bahwa bendera bergaris merah, hitam dan putih dihiasi bulan bintang itu sebagai “Bendera GAM”. Ini anggapan keliru. GAM tidak punya bendera sendiri; yang digunakan GAM di masa konflik adalah bendera Aceh, yang telah wujud ratusan tahun.

UNTUK DAPAT MEMBACA ARTIKEL INI SILAKAN LOGIN TERLEBIH DULU. KLIK LOGIN