Sejuta Ide dalam Secangkir Kopi dan Senyuman Kebaikan

 
Sejuta Ide dalam Secangkir Kopi dan Senyuman Kebaikan

LADUNI. ID, KOLOM-Manusia sebagai khalifah al-ardhi dalam berinteraksi satu sama lainnya,tentu saja etika dan norma sangat harus di kedepankan. Di samping itu Islam juga mengajarkan estetika yang juga tidak kalah pentingnya sebagai pernik-pernik dan warna kehidupan.

Membingkai etika dan estetika dalam sebuah wadah yang bernama ibadah juga  di tuntut  dapat di aplikasikan dalam setiap sendi kehidupan. Nilai ibadah itu tidak lebih selain positif dan negatif. Hal kecil saja yang bernilai ibadah sering kita lupakan, sebut saja senyuman.

Dalam perspektif Islam, sebuah senyuman yang dihadirkan dikala bertemu sapa terhadap orang lain dan  dilakukan secara sangat  ikhlas, tentu saja akan berinvestasi sebagai sebuah sedekah. Lahirnya senyuman akan  membuat hati orang yang bertemu dan memandangnya menjadi senang, bahagia dan penuh persaudaraan serta kedamaian. Itulah sebabnya nilai senyuman merupakan ibadah termurah dan dapat direalisasikan di mana saja tanpa harus mengedepankan.

Namun sayangnya dalam kehidupan sehari hari dalam masyarakat, senyuman itu laksana sebuah permata  yang mahal dan gunung yang besar sangat terbeban untuk menanggungnya. Sunguh sangat ironis dan riskan.

Telah disebutkan Dalam literature sejarah, baginda nabi Muhammad SAW selalu menganjurkan kita untuk selalu bersedekah setiap hari, yaitu mulai terbitnya sang surya sampai terbenamnya matahari. Material bersedekah itu jangan dibayangkan hanya fulus, money, dan sejenisnya. Lantas bagaimana baginda nabi Saw menanggapinya?

UNTUK DAPAT MEMBACA ARTIKEL INI SILAKAN LOGIN TERLEBIH DULU. KLIK LOGIN