Ibadah Haji: Spritualitas dan Kesalehan Sosial

 
Ibadah Haji: Spritualitas dan Kesalehan Sosial

LADUNI. ID, KOLOM- Kita dapat menyaksikan bagaimana gigihnya perjalanan manusia lintas profesi yang bersungguh sungguh ingin menunaikan ibadah haji.

Kisah kisah menarik pun seolah membuka mata kita bahwa haji adalah milik semua umat Islam yang mau bersungguh-sungguh dan memantapkan niat ingin menjadi tamu-tamu Allah Swt.

Kisah pedagang kecil, anak muda, tukang becak hingga perjuangan seorang tukang parkir menjadi lintasan inspirasi yang harusnya memotivasi diri kita dan menampar ego kita masing masing yang terkadang masih enggan dan tidak mau bersungguh-sungguh ingin hadir dan melaksanakan ibadah sakral ini.

Selain itu, secara eksplisit juga dite­gaskan oleh Allah agar mereka yang berhaji melakukannya semata-mata karena Allah. Dalam Alquran ditegas­kan, Diperintahkan semata-mata karena Allah kepada manusia untuk berhaji, bagi mereka yang memiliki kemampuan melakukan perjalanan ke Baitullah. Barangsiapa kufur (tidak mau melaksanakan perintah Allah), keta­huilah Allah Maha kaya dan tidak memerlukan sesuatu pun dari semesta alam(QS Ali ‘Imran [3]: 97).

Kesungguhan niat seseorang sangat gamblang dalam pelaksa naan ibadah haji. Berawal dari munculnya keinginan dalam hati seseorang untuk menjadi tamu Allah Swt (spirit).

Kemudian dinyatakan melalui “lisan”, pikiran untuk mempelajari tatacara melaksanakan ibadah haji (learning). Hingga akhirnya dipraktikkan dengan tindakan nyata mulai dari bekerja, membuka tabungan haji, ikut manasik hingga berbagai tindakan nyata mem persiapan proses pemberang katan haji (action).

UNTUK DAPAT MEMBACA ARTIKEL INI SILAKAN LOGIN TERLEBIH DULU. KLIK LOGIN