Fitnah Keji Wahabi Terhadap Nabi

 
Fitnah Keji Wahabi Terhadap Nabi

LADUNI.ID, Jakarta - Suatu ketika selepas shalat jum’at di masjid UI 17 tahun yang lalu. Waktu itu saya sudah halaqah di Hizbut Tahrir. Tiba-tiba seseorang yang sudah saya kenal nyamper dan ngomong: “Diskusi yuk?”. “Boleh” kata saya. Namanya si Im. Dia mahasiswa FE UI angkatan 2000, tinggal di asrama UI sama dengan saya. Sebelumnya kami sudah pernah beberapa kali diskusi. Pernah di atas bus kuning dari asrama menuju kampus. Pernah juga di halte depan markas Menwa. Kadang di kantin asrama. Pernah juga di kamar salah seorang penghuni asrama yang sealiran dengan si Im

Dalam diskusi mereka mengkritik Hizbut Tahrir. Salah satunya aqidah Hizbut Tahrir yang mu’tazilah. Mereka mengkritik Hizbut Tahrir membangun aqidah berdasarkan akal bukan nash. Mereka meminjamkan saya buku yang berjudul “Hizbut Tahrir Neo-Mu’tazilah” karya Nashiruddin al-Albani. Saya baca dan telaah buku itu. Akhirnya saya temukan kekeliruan kaum Wahabi dalam memahami akal. Itu saya pegang karena bagi saya ketakutan kaum Wahabi terhadap akal titik kelemahan dan kesalahan mereka.

"Oke, kita diskusi. Cuma kita sepakati dulu alat apa yang kita gunakan dalam diskusi, biar sama.” Si Im diam mungkin bingung apa yang saya maksud. “Saya pakai akal. Kamu pakai apa?” Tantang saya. “Saya pakai pemahaman sahabat,” jawabnya. “Terus kamu memahami pemahaman sahabat pakai apa?” kejar saya. Kata si Im: “Dari para ulama salafus shaleh”, jawabnya. Saya tanya lagi, “kamu memahami ulama salafus shaleh pakai apa?”. “Dari penjelasan ustadz-ustadz saya.” Saya kejar lagi: “Kamu memahami penjelasan ustadz-ustadz kamu pakai apa?”. “Pakai akal”. “Nah, berarti kamu mu’tazilah!” Kata saya sambil ketawa-ketawa. Langsung si Im pergi, gak jadi diskusi.

UNTUK DAPAT MEMBACA ARTIKEL INI SILAKAN LOGIN TERLEBIH DULU. KLIK LOGIN