Pesantren Qomarul Hidayah Kab. Trenggalek
- by CoAdmin11-Budi
- 12.866 Views
- Selasa, 6 Agustus 2019
Nama Fasilitas | Jumlah | Nama Fasilitas | Jumlah |
---|---|---|---|
MI/SD | 1 | MTS/SMP | 1 |
MA/SMA | 3 | Maly/Univ. | 0 |
Tahfidz | 1 | Laboratorium | 2 |
Poli Kesehatan | 1 | Koperasi | 1 |
Profil
Seiring berakhirnya Perang Diponegoro (1825-1830), para prajurit dan pengikut setia Pangeran Diponegoro tersebar ke berbagai pelosok di Pulau Jawa bahkan sampai ke pulau-pulau lain di nusantara. Prajurit dan pengikut setia tersebut sebagian berasal dari daerah Bagelen (Purworejo, Jawa Tengah).
Diantara para pengikut setia tersebut adalah lima bersaudara Abdul Jari, Nurqoiman, Nuriman, Isma’un dan Ya’qub. Guna menghindari penangkapan dari Belanda, mereka pergi ke arah timur. Mereka mendirikan sebuah masjid di Dolopo, Madiun. Isma’un tetap tinggal di Dolopo untuk merawat masjid yang telah dibangun. Abdul Jari melanjutkan pindah ke arah Timur, tepatnya di Desa Njari, Blitar. Sedangkan Nur Qoiman, Nuriman dan Ya’qub kemudian mendirikan masjid dan menetap di Desa Gondang, Kecamatan Tugu, Kabupaten Trenggalek.
Dalam perkembangannya, pengelolaan Masjid di Desa Gondang dilanjutkan oleh Kiai Murdiyah (KH Muhammad Asrori) salah satu putra dari Nur Qoiman. Kiai Murdiyah pernah belajar di Pesantren KH Muhammad Kholil, Bangkalan, Madura.
Dibawah asuhan Kiai Murdiyah, masjid berkembang menjadi sebuah pesantren. Pada periode ini, sistem pendidikan yang diterapkan bercorak tradisional dengan menitik beratkan pada pengajaran membaca Al Qur’an, pengajian kitab kuning dengan sistem sorogan (santri membaca kitab di depan Kiai) dan pengamalan Thariqat Naqsyabandiyah Mujaddadiyah Khalidiyah.
UNTUK DAPAT MEMBACA ARTIKEL INI SILAKAN LOGIN TERLEBIH DULU. KLIK LOGIN
Relasi Pesantren Lainnya
-
Belum ada pesantren yang berelasi dengan pesantren ini.
Memuat Komentar ...