Pengakuan Ulama Dunia tentang Keilmuan Mbah Maimoen

 
Pengakuan Ulama Dunia tentang Keilmuan Mbah Maimoen

LADUNI.ID, Mekah - Inna lillahi wa inna ilaihi raji’un… Umat Islam kehilangan salah satu ulama besar yang mengabdikan seluruh hidupnya untuk ilmu, yaitu Fadhilah asy-Syeikh al-‘Allamah al-Murabbi al-Mu’ammar KH. Maimoen bin Zubair bin Dahlan bin Warijan bin Munandar as-Sarani. Beliau telah berpulang ke haribaan Allah ketika berada di kota Mekah al-Mukarromah [dalam melaksanakan ibadah haji].

Berikut ini adalah biografi singkat Al-Marhum KH. Maimoen Zubair yang ditulis oleh salah satu putranya yaitu KH. Muhammad Najih Maimoen:

KH. Maimoen Zubair lahir pada tahun 1928 M/1348 H di sebuah rumah keluarga yang disinari cahaya ilmu, dipenuhi karunia dan rahmat Allah. Ayahnya yaitu al-‘Allamah al-Murabbi KH. Zubair Dahlan merupakan salah satu murid terakhir Syeikh Sa’id Yamani, seorang ulama besar fikih mazhab Syafi’I di Mekah. Sedangkan KH. Zubair Dahlan adalah adalah keponakan KH. Ahmad bin KH. Syu’aib bin KH. Abdurrazaq.

KH. Maimoen Zubair belajar kepada ayahnya dan para ulama di sekitar kampung halamannya. Kepada mereka beliau memperdalam ilmu fikih, bahasa Arab dan tasawuf. Kemudian beliau meneruskan pendidikannya di Pondok Pesantren Lirboyo Kediri di bawah bimbingan Kiai Abdul Karim yang terkenal dengan nama “Mbah Manaf.” Di pesantren yang sama, beliau juga mengaji kepada Kiai Marzuki dan Kiai Mahrus Ali. Selama di Kediri, beliau juga mengaji akhlak kepada seorang kiai yang terkenal dengan nama “Mbah Muqoyyim” Kendunglo Kediri; seorang wali yang pada zamannya dikenal sebagai ulama yang gemar tirakat dan membaca wirid.

UNTUK DAPAT MEMBACA ARTIKEL INI SILAKAN LOGIN TERLEBIH DULU. KLIK LOGIN