Wafatnya Ulama adalah Musibah bagi Alam
LADUNI.ID, Jakarta - Wafatnya ulama adalah musibah bagi sekalian alam. Serupa atap yang bocor, tetapi tidak bisa ditambal dengan apapun. Akhirnya, atap itu pun akan selalu bocor. Hanya bisa digantikan dengan atap baru. Serupa ulama yang wafat, hanya bisa digantikan dengan kelahiran ulama baru.
Sewaktu Romo Yai Anwar silaturrahim di dalem Simbah Kyai Maimoen Sarang Rembang. Mbah Maimoen ngendiko, "mugi piyambak pinaringan khusnul khotimah, kapundut dinten seloso, sebab dinten seloso meninggalnya para ulama', para ahli ilmu."
مَوْتُ الْعَالِمِ مُصِيبَةٌ لا تُجْبَرُ ، وَثُلْمَةٌ لا تُسَدُّ , وَنَجْمٌ طُمِسَ ، مَوْتُ قَبِيلَةٍ أَيْسَرُ مِنْ مَوْتِ عَالِمٍ
Artinya: “Meninggalnya ulama adalah musibah yang tak tergantikan, dan sebuah kebocoran yang tak bisa ditambal. Wafatnya ulama laksana bintang yang padam. Meninggalnya satu suku lebih mudah bagi saya daripada meninggalnya satu orang ulama.” (HR al-Thabrani dalam Mujam al-Kabir dan al-Baihaqi dalam Syu’ab al-Iman dari Abu Darda’)
Wafatnya Ulama adalah Hilangnya Ilmu
Umat manusia dapat hidup bersama para ulama adalah sebagian nikmat yang agung selama di dunia. Semasa ulama hidup, kita dapat mencari ilmu kepada mereka, memetik hikmah, mengambil keteladanan dan sebagainya. Sebaliknya, ketika ulama wafat, maka hilanglah semua nikmat itu. Hal inilah yang disabdakan oleh Rasulullah
Memuat Komentar ...