Benarkah Pelaku Takwil atau Tafwidh Musyabbih (Kajian Ilmu Kalam)

 
Benarkah Pelaku Takwil atau Tafwidh Musyabbih (Kajian Ilmu Kalam)
Sumber Gambar: Foto (ist)

Laduni.ID, Jakarta - Salah satu propaganda untuk menolak takwil atau tafwidh adalah dengan mengatakan bahwa pelaku takwil dan tafwidh sejatinya adalah musyabbih (orang yang menyerupakan Allah dengan makhluk) sebab awalnya dia membayangkan sifat Allah sama dengan manusia kemudian dia tolak bayangan itu dengan cara takwil atau tafwidh. Andai dia tak membayangkan adanya kesamaan sama sekali antara keduanya, maka dia tak perlu lari pada takwil atau tafwidh. Dari situ kemudian disimpulkan bahwa Asy'ariyah adalah musyabbih sebab Asy'ariyah memilih jalan tafwidh atau takwil. Banyak tokoh pemikir yang berargumen seperti ini tapi tak perlu saya sebutkan.

Sepintas penalaran di atas terlihat benar tetapi sejatinya hanya akal-akalan saja sebab tak sesuai dengan proses penalaran yang benar. Kesalahan pernyataan seperti di atas akan terlihat dari poin-poin berikut ini:

1. Setiap orang berakal tatkala mendengar suatu kata, maka akan terbayang di benaknya arti kata itu. Kalau mendengar kata "kursi", maka akan terbayang benda yang biasa dijadikan tempat duduk itu. Bayangan di benak ini adalah tashawwur.

Keberadaan tashawwur ini adalah proses otomatis yang pasti terjadi pada diri semua orang berakal. Bila tak muncul tashawwur sama sekali ketika mendengar satu kata yang sudah dikenal, itu artinya akalnya rusak sehingga tak mungkin memahami apa pun. Ini berarti dia lepas dari taklif sebab gila.

Baca Juga: 

UNTUK DAPAT MEMBACA ARTIKEL INI SILAKAN LOGIN TERLEBIH DULU. KLIK LOGIN