Mbah Moen Pahlawan Bangsa
LADUNI.ID, Jakarta - Pria kelahiran Rembang 28 Oktober 1928 ini seperti telah banyak diketahui, merupakan pengasuh Pondok Pesantren Al-Anwar Sarang, Rembang. Mbah Moen juga sesepuh yang sangat dihormati di kalangan Nahdliyyin dan juga bangsa Indonesia.
Mbah Moen (90) wafat di Makkah pada Selasa, 6 Agustus 2019 dan dimakamkan di Ma'la Makkah. Sontak seluruh elemen bangsa Indonesia merasa amat kehilangan. Bahkan alam Makkah pun turut memberikan isyarat kehilangan sosok ulama pengayom yang begitu dekat dengan Allah.
Amat banyak hal-hal yang Mbah Moen teladankan kepada kami, utamanya kaum Nahdliyyin agar selalu cinta NKRI sedalam mungkin. Dalam suatu video ceramah Mbah Moen yang beredar, Ia pernah mengartikan PBNU sebagai Pancasila, Bhinneka Tunggal Ika NKRI dan UUD 1945. Dalam beberapa kesempatan pula, Mbah Moen tetap berusaha untuk berdiri saat melantunkan lagu kebangsaan Indonesia Raya. Mbah Moen, sosok Ulama kharismatik yang amat sangat mencintai Indonesia.
Pada malam hari ini, tepatnya Senin (12/08/2019), saya berkesempatan hadir dalam kegiatan doa bersama dalam rangka memperingati 7 hari kepergian sang Guru Bangsa sekaligus refleksi ringan terkait pengalaman pribadi beberapa rekan komunitas lintas agama seperti PELITA, Gusdurian dan saudara-saudari umat katolik terkait ajaran dan teladan-teladan Mbah Moen. Kegiatan ini dilaksanakan di aula Pastoran UNIKA Soegijapranata Semarang.
Romo Aloys Purnomo menceritakan tentang kisah pribadinya bersama Mbah Moen dalam suatu kesempatan. Rektor UNIKA Soegijapranata ini mengungkapkan kesedihan mendalam atas berpulangnya sang guru tercinta kehadirat Sang Maha Pencipta. Romo Budi meminta kepada Presiden RI agar segera memberikan label Pahlawan Bangsa kepada Almarhum Mbah Moen, sebagaimana ketika Presiden Soekarno menetapkan Mgr. Albertus Soegijapranata sebagai Pahlawan bangsa 4 hari setelah kepulangan beliau.
Memuat Komentar ...