Hukum Syukuran Menyambut Kedatangan Jamaah Haji

 
Hukum Syukuran Menyambut Kedatangan Jamaah Haji
Sumber Gambar: mmc.kalteng.go.id, Ilustrasi: laduni.ID

Laduni.ID, Jakarta - Penyambutan keluarga yang menunaikan ibadah haji wajar dilakukan di tanah air dan sudah menjadi tradisi yang turun temurun. Bagi jamaah haji sendiri, tentunya berharap agar ibadahnya selama di tanah suci diterima Allah SWT dan mendapatkan berpredikat menjadi haji yang mabrur.

Dalam khazanah keislaman, syukuran atau acara menyuguhkan makanan bagi orang lain ketika pulang dari perjalanan jauh dinamakan "naqi’ah". Acara ini diadakan untuk menyambut kedatangan musafir yang kembali dari perjalanan jauh, termasuk perjalanan ibadah haji. Dalam tradisi ini biasanya pihak yang menyediakan hidangan dalam selamatan ini adalah jamaah haji sendiri atau orang lain. Hal ini sebagaimana keterangan yang disebutkan oleh Syaikh Abu Zakariya Al-Anshari dalam kitabnya Asnal Mathalib fi Syarhi Raudhatit Thalib:

وَلِلْقُدُومِ مِنْ السَّفَرِ (نَقِيعَةٌ) مِنْ النَّقْعِ وَهُوَ الْغُبَارُ أَوْ النَّحْرُ أَوْ الْقَتْلُ (وَهِيَ مَا) أَيْ طَعَامٌ (يُصْنَعُ لَهُ) أَيْ لِلْقُدُومِ سَوَاءٌ أَصَنَعَهُ الْقَادِمُ أَمْ صَنَعَهُ غَيْرُهُ لَهُ كَمَا أَفَادَهُ كَلَامُ الْمَجْمُوعِ فِي آخِرِ صَلَاةِ الْمُسَافِرِ

“(Untuk kenduri sambutan kedatangan) dari perjalanan (disebut naqi‘ah) berasal dari naqa’ yang artinya debu, penyembelihan, atau pemotongan. (Naqi‘ah itu suatu) makanan (yang dihidangkan dalam jamuan upacara penyambutan) terlepas dari jamuan itu disediakan oleh pihak yang datang atau orang lain. Hal ini disebutkan An-Nawawi dalam Al-Majmu’ di akhir bab shalat musafir.”

UNTUK DAPAT MEMBACA ARTIKEL INI SILAKAN LOGIN TERLEBIH DULU. KLIK LOGIN