Hikmah Ilmu, Ketika Dua Kiai ‘Alim Saling Menolak Pimpin Doa
LADUNI.ID, Jakarta - Suatu hari di tahun 1998 Romo Yai RA hadir dalam sebuah majelis di Desa Watangrejo Kecamatan Duduksampeyan Kabupaten Gresik. Ketika Romo Yai RA rawuh, majelis itu tengah berlangsung. Beliau RA langsung masuk ke area lokasi, yakni di dalam masjid hingga sampai di tempat utama, di depan mihrab.
Di tempat itu, Romo Yai RA melihat tampak hadir seorang kiai. Beliau tokoh dari Desa Sumengko Kecamatan Wringinanom Kabupaten Gresik. Kiai ini sudah cukup sepuh serta disepuhkan di masyarakat Kabupaten Gresik. Namun demikian, baru saat itu moment kali pertama kiai ini bertemu muka secara langsung dengan Romo Yai RA. Akhirnya, duduklah Romo Yai RA di sebelahnya.
Pada waktu bacaan tahlil selesai, saatnya giliran doa Tahlil, Romo Yai RA tiba-tiba mengutus fulan yang duduk di depannya, supaya menggeser mic ke arah sebelah beliau RA, yakni ke hadapan kiai tersebut. Dan setelah mic di hadapannya, kiai itu tetap dalam diam saja, sampai beberapa saat.
Hingga Romo Yai RA kemudian berucap, "Monggo Yai, dungo (Silakan berdoa, Yai).” Lantas kiai itu menjawab, "Mboten, mboten. Sing sepuh mawon (Jangan, jangan saya. Yang tua saja)”. Lalu kembali dijawabi oleh Romo Yai RA, "Lha inggih, jenengan sing sepuh (Lha benar. Kan sampean yang tua)”. Dijawab lagi oleh kiai tersebut, "Mboten, jenengan ingkang sepuh (Bukan. Sampeanlah yang lebih tua)”.
Kedua ulama ini terus melanjutkan "bertengkar argument" sembari saling melempar tawa. Entah kenapa, Romo Yai RA memang kelihatannya 'tidak mau' untuk berdoa. Tapi, pun demikian halnya, kiai ini justru menjadi semakin tidak berani untuk memimpin doa, sehingga jamaah menunggu agak lama.
Memuat Komentar ...