Sejak Masa Nabi, Wewangian Menggunakan Kemenyan. Siapa Bilang Bid'ah?

 
Sejak Masa Nabi, Wewangian Menggunakan Kemenyan. Siapa Bilang Bid'ah?

LADUNI.ID, Jakarta - Sejak zaman Nabi dan Salafush Shaleh kemenyan sudah jadi bagian dari beberapa ritual umat Islam. Rasulullah SAW dan para Sahabat sendiri sangat menyukai

wangi-wangian baik yang berasal dari minyak wangi hingga kemenyan.

Karena itu, tuduhan bid'ah terhadap masyarakat Islam di Jawa, Sunda, Melayu, dan suku-suku di Nusantara lain adalah tidak berdasar. Para wali dan ulama yang menyebarkan ajaran Islam di wilayah kita adalah orang-orang yang sangat alim terhadap agama, kebudayaan, tradisi dan seni. Sehingga Islam mudah diterima oleh masyarakat kita.

Maka, mari kita belajar tentang bagaimana proses pemahaman agama yang diajarkan para wali dahulu terhadap nenek moyang kita agar kita tidak gampang menuduh dengan hal-hal negatif pada masyarakat kita. Para wali tidak menutup mata terhadap praktik syirik yang diamalkan oleh penganut pagan (animisme dan dinamisme) pada masyarakat Nusantara, tetapi mereka menggunakkan strategi dakwah yang santun dan elegan, sehingga ajaran Islam dengan konsepsi tauhidnya bisa dengan mudah diterima. Mereka tidak secara "membabi-buta" menuduh, menyalahkan dan mengkafirkan.

Para wali menggunakan kaidah ushul fiqih secara tepat ketika melakukan dakwah. Mereka mempraktikan kaidah: "al-Muhafadhotu ‘ala qadimi al-Shalih wa al-Akhdzu bi al-Jadid al-Ashlah” (menjaga tradisi-tradisi lama sembari menyesuaikan dengan tradisi-tradisi modern yang lebih baik), sehingga Islam dapat dijalankan dengan kematangan beragama dan berbudaya. Cara ini efektif sehingga praktik penyembahan kepada benda-benda dan ruh-ruh gaib pada masyarakat kita dahulu pun akhirnya terkikis.

UNTUK DAPAT MEMBACA ARTIKEL INI SILAKAN LOGIN TERLEBIH DULU. KLIK LOGIN