Sultan Fattah Menurut Sejarawan Islam
LADUNI.ID - Ulama berkata:
اذا تكلم المرء في غير فنه اتى بالعجائب.
"Ketika seseorang berbicara diluar bidang yang dia kuasai, pasti ia akan mendatangkan yang aneh-aneh".
Apakah pepatah di atas tepat untuk menggambarkan sosok Ridwan Saidi, budayawan yang berbicara tentang sesuatu diluar bidang yang digelutinya? Wallahu A'lam. Satu yang pasti, beberapa hari kemarin, dia mengeluarkan statemen yang aneh, bahwa Sultan Fattah [Radeh Fattah atau Abdul Fattah], sultan Kerajaan Islam Demak Bintoro adalah seorang Yahudi [kafir].
Sebagai orang yang lahir dan tumbuh besar di Demak, tentu saya kaget, karena selama ini sedikitpun tak pernah mendengar issu itu.
Sekarang mari kita simak beberapa komentar ahli sejarah Islam yang insya Allah lebih kredibel dan terpecaya ketimbang Ridwan Saidi. Paling tidak menurut saya.
1. KH. ABUL FADHAL
Syaikh Abu Fadhol Senori dalam kitabnya:
أحلى المسامرة في حكاية الأولياء العشرة
Berkisah:
"Raja Brawijaya memiliki putra dari istri yang berkebangsaan China yang bernama Raden Fattah. Raden Fattah memiliki saudara seibu yang bernama Raden Husain. Keduanya tumbuh besar di Palembang. Selanjutnya keduanya bersepakat untuk khidmah dan belajar agama kepada Sayyid Rahmat [Sunan Ampel] di Surabaya, Jawa Timur. Raden Fattah adalah seorang yang cerdas dalam menyerap ilmu, hingga menjadikan dia sebagai orang yang alim syariat, tarekat, hakekat dan juga ahli ibadah. Kemudian Raden Fattah dinikahkan dengan putri Sayyid Rahmat [Dewi Murthosimah]. Setelah beberapa lama berkhidmah di Ampel, Raden Fattah bersama istrinya diperintahkan pergi ke barat dan mencari hutan bambu di wilayah yang bernama Bintoro [Kemudian bernama Demak] untuk dijadikan sebagai tempat penyebaran dakwah Islam. Di sana Raden Fattah mendirikan masjid [Masjid Agung Demak] dan setelah beberapa waktu, beliau diangkat [baiat] sebagai imam atau khalifah umat muslimin [Sultan Demak] oleh para auliya'" [hal. 38-47].
Memuat Komentar ...