Gus Mus : Sang Maestro
LADUNI.ID - Usai menghadiri acara "Doa untuk Palestina", aku dan kawan2 "nongkrong" di depan TIM, sambil "ngeteh" dan "ngopi". Kami "menggunjing" sukses besar acara itu. Teman2 bertanya: "mengapa sukses?". Aku bilang : "itu karena nama besar Gus Mus", disamping mas Ulil Abshar Abdallah, mbak Alissa Wahid dan lain-lain. Lalu mereka meminta aku bercerita tentang Gus Mus. Maka aku menulis ini :
Nama ini begitu populer. Ia menjadi perbincangan publik luas dalam kurun waktu yang panjang. Seakan tak ada hari tanpa menyebut namanya. Ini karena pandangan2annya dalam banyak aspek kehidupan begitu mengagumkan. Demikian pula dalam caranya berkehidupan.
Gus Mus adalah seorang kiyai, pemimpin pondok pesantren. Tetapi beliau kiyai unik. Ia bukan hanya menguasai kitab-kitab Islam klasik, atau yang populer disebut "kitab kuning", tetapi ia juga seorang seniman, penyair dan sastrawan. Ini yang eksklusif dari Gus Mus, yang tidak atau amat jarang dimiliki kiyai lain. Saya tak tahu ada kiyai model seperti ini, di negeri ini, selain beliau. Ia acap membaca puisi di Taman Ismail Marzuki, dan di tempat lain. Ia menulis novel, cerpen, essay dan sesekali menyanyi. Pergaulannya sangat luas dan terbuka. Ia bisa berkenalan dengan siapa saja berlatarbelakang apa saja, agama apa saja, jabatan apa saja, profesi apa saja dan seterusnya. Dan semuanya diperlakukan dan didudukkan secara sama; menghargai, bersahabat dan rendah hati.
Memuat Komentar ...