Pengamen Juga Muballigh
LADUNI.ID - Alam raya yang luas ini, dengan seluruh dinamika di dalamnya, sesungguhnya adalah layar lebar kehidupan tempat ayat-ayat Allah ditayangkan. Dimanapun kita berada, dimanapun kita menuju, ayat-ayat Allah terpampang, menunggu untuk kita hayati.
Ayat-ayat Allah tidak selalu berkumandang dari dalam mesjid dan musholla, tapi bisa juga mengalun dari dalam bis antar kota. Nasihat-nasihat baik yang menggetarkan hati tidak hanya berasal dari ceramah dan khutbah para Ustadz dan pak Kiyai, tapi bisa juga berasal dari ocehan dan nyanyian sumbang para pengamen jalanan.
Pagi ini, dalam bis yang membawa saya dari Surabaya berangkat ngajar ke Kediri, seorang pengamen dengan mengesankan tampil memerankan seorang Muballigh. Ia membawakan dua lagu milik Roma Irama. Seperti kebanyakan pengamen, suaranya sumbang, walaupun tentu masih lebih merdu dari suara saya. Tapi, istimewanya, setiap lagu ia uraikan hikmah dan nasihat yang terkandung di dalamnya, lengkap dengan hadits dan ayat sebagai dalilnya.
Lagu pertama tentang kesombongan. Saya tidak tahu judulnya. Yang saya ingat ada potongan lirik: "Itu kesombongan.... Itu keangkuhaan..." Saya tiba-tiba ingat Gus Rizal Mumazziq yang pengamat Roma Irama itu. Andai beliau sebis dengan saya, pasti udah ikut berdendang pelan dan menguraikan tafsirnya kepada saya.
Di akhir lagu pertamanya, Sang Pengamen bertaushiah, "Terkadang, dengan nikmat Allah kita lupa diri dan sombong. Kita lupa kepada Allah. Padahal, semua yang kita miliki adalah pemberian dari Allah. Kita meremehkan orang lain dan memandangnya sebelah mata. Padahal, apa yang kita banggakan itu semuanya milik Allah. Bukan milik kita. Semoga kita dijauhkan dari sifat sombong dan angkuh."
Memuat Komentar ...