Ambivalensi Media Masa; Pencerahan dan Penipuan
LADUNI.ID - Teori sosial menjadi teori yang terlupakan setelah berhasil menjadikan agama hadir sebagai suatu obyek yang kokoh. Berikutnya terdapat satu persoalan yang belum menemukan solusi mengenai persoalan prekapitalisme yang muncul bersamaan dengan teknologi sosial telah membelah menjadi bentuk diskriminasi dan spesialisasi serta mendorong kekacauan budaya. Film, radio, televisi, internet dan media sosial telah membuat keseragaman yang sama, kemudian merasuk pada setiap bagian kehidupan manusia. Semua itu membentuk estetik politik yang terus menerus antusias membangun kepatuhan dalam sistem yang keras.
Kenyataan lain dari persolan di atas serupa dengan dekorasi industri (decorical industry) yang terus membangun pusat pertunjukan menjadi menara-menara yang gemerlap. Hal ini menjadi suatu kekhawatiran yang mengancam kesatuan masyarakat menuju pada kristalisasi individual yang independen, pada segmen inilah sebenarnya kekuatan kapitalisme itu menguat. Maka kemudian, hari ini masyarakat luas terlibat sebagai pelanggan sekaligus produser yang hadir di arena yang dibangun oleh para kapitalisme. Segala pertunjukan, film dan segala bentuknya tidak lagi murni sebagai karya seni, akan tetapi yang tersisa hanya kepentingan. Disinilah segala bentuk alat-alat (utlities) sosial itu menempati ruang yang diragukan.
Budaya industri dan teknologi menjadi terma yang menarik, karena di dalamnya terdapat sejumlah orang yang terlibat. Di dalamnya juga terdapat kebutuhan konsumen, kepentingan konstitusi, kekuatan teknologi namun yang mengendalikan paling besar adalah mereka yang mampu mengendalikan ekonomi. Sementara teknologi digunakan sebagai dominasi rasional itu sendiri yang kemudian juga akan memarginalkan masyarakat dari kehidupan sosialnya. Handphone, film, media sosial selalu menjaga segala sesuatu berada pada level yang sama sebagai suatu standar dengan tujuan puncaknya adalah mengontrol kesadaran individual.
Memuat Komentar ...