Gus Yahya: Aktivisme Saya Membahasakan Inspirasi Kiai Maimoen untuk Dunia
LADUNI.ID, Jakarta - Tulisan ini adalah penuturan dari KH Yahya Cholil Staquf ketika masih bersama Kiai Maimun Zubair Allah yarhamhu, dengan judul “Allaahu Wakiil”. Sebuah tulisan yang inspiratif.
***
SUDAH sejak lama saya tahu bahwa Kiai Maimoen secara istiqomah menunaikan ibadah haji setiap tahun. Tapi hari itu pertama kali beliau datang ke Rembang untuk keperluan,
“Pamit kepada Mbahyi”, kata beliau, “Soalnya kali ini aku mau haji pramuka”.
Walaupun saya tidak berkata apa-apa, beliau tahu, saya bertanya-tanya dalam hati tentang maksud “haji Pramuka” itu.
“Haji bawa beras, bawa ikan asin, cobek, dan lain-lain, itu kan seperti pramuka”, dan beliau terkekeh sendiri, saya iringkan dengan senyum-senyum geli.
Memang, biasanya beliau pergi haji dengan fasilitas VIP, tidak ikut rombongan “ONH biasa” seperti tahun itu.
“Ini memang aku sengaja, soalnya tahun ini umurku genap seribu bulan”, beliau menerawang sejurus, “Seribu bulan itu ya delapan puluh tiga tahun lebih empat bulan. Orang bisa dikatakan sempurna istiqomahnya itu kalau sudah menjalani sekurang-kurangnya delapan puluh satu tahun.”
Entah kenapa, ungkapan beliau itu menerbitkan rasa ngungun di hati saya. Tidak lama sesudah kunjungan itu, Mbahyi, nenek saya, Nyai Ma’fufah Bisri, wafat dalam usia 96 tahun.
Kiai Maimoen adalah tempat saya datang setiap saya mengalami kegelisahan hidup yang memuncak. Tapi saat sowan kepada beliau, tidak pernah saya matur, wadul ataupun bertanya apa-apa. Saya hanya mendengarkan apa pun yang beliau dhawuhkan sambil sesekali mencuri-curi pandang wajah beliau. Dan selalu yang beliau sampaikan tepat menotok dan mengurai hal-hal yang menjadi
Memuat Komentar ...