Al-Qur'an Memiliki Genrenya Sendiri

 
Al-Qur'an Memiliki Genrenya Sendiri

LADUNI.ID - Al-Qur'an hadir ke muka bumi tidak mengikuti jenis susastra mana pun, ia bukanlah puisi, bukan khitabah, tidak pula menyerupai pepatah Arab (Mastal), atau kata-kata hikmah, sebagaimana yang biasa dicipta oleh orang-orang Arab Jahiliyah.

Sastra Arab pada masa Jahiliyah sangat populer dengan bentuk puisi (al-syi'ir/al-Qoshidah) ia sudah menjadi daging dan darah bagi mereka, dirayakan kemengannya, disanjung penyairnya, bahkan dianggap setengah tuhan. Mereka juga mengenal bentuk prosa, khutbah, washiah, hikmah, mastal, munafarah, mufakharah, Saj kuhhan, usthurah, dan qisshah juga qashidah ghanaiiyah.

Nastar (prosa) tidak banyak diperbincangkan oleh orang Arab jahiliyah, tidak pula ada perayaan besar, bahkan tidak terlalu populer di kalangan mereka, jenisnya pun tidak banyak diperhatikan, mungkin hanya sebagain kecil dari orang Arab yang mengenalnya. Mereka yang mumpuni pun, tidak punya kedudukan, tidak pula disanjung seperti para penyair.

Puisi Lirik (al-syi'ru al-ghinai) paling populer pada masa Jahiliyah, atau dikenal dengan al-syi'ru al-wijnadi, menurut Hafid Ibrahim, masa jahiliyah adalah masa keemasan jenis puisi ini, sudah sampai puncaknya, dicatat dalam sejarah mereka, digantung di Ka'bah dan diberi penghargaan bagi pemenangnya, dinyanyikan dalam setiap pesta, didendangkan di tempat-tempat perjudian, dikobarkan dalam peperangan, dibincangkan di pasar-pasar. Dan puisi Muallaqat, dibuat sebagai dasar, rujukan, usul dari bahasa Arab, kaidah-kaidahnya merujuk padanya. Dan di masa inilah Al-Qur'an itu hadir.

UNTUK DAPAT MEMBACA ARTIKEL INI SILAKAN LOGIN TERLEBIH DULU. KLIK LOGIN

 

 

Tags