Cerita Kyai Marsudi Suhud tentang Ke-NU-an Habib Jindan

 
Cerita Kyai Marsudi Suhud tentang Ke-NU-an Habib Jindan

LADUNI.ID, Jakarta - Suatu waktu, menjelang sore hari. Saya mengajak driver saya menuju satu titik di Tangerang, ke sebuah pondok pesantren yang dipimpin seorang Keturunan Rasulullah SAW.

Ia dikenal cepat lewat dunia maya pasca mengisi ceramah di Istana Presiden RI pada suatu waktu. Ceramahnya yang sejuk dan bermaterikan nasionalisme, menjadi Hamba Allah SWT yang ramah, lemah lembut, dan berdakwah meniru ajaran Rasulullah SAW yakni dengan akhlak karimah.

Ia juga mengajarkan bagaimana caranya bersyukur menjadi bangsa Indonesia yang mencintai Bangsa dan NKRI yang telah dibentuk berdasarkan mufakat para pendiri bangsa dari berbagai golongan, agama, ras, suku dan daerah di Indonesia.

Ia memastikan bahwa Pancasila sudah tepat menjadi falsafah hidup bangsa Indonesia. Pancasila sudah diakuinya tidak bertentangan dengan nilai-nilai Islam.

Kedatangannya memenuhi undangan di Istana selain mendapat pujian, juga menimbulkan cacian dari kelompok yang kontra dengan Presiden RI yang waktu itu sedang ramai-ramainya Pilgub DKI Jakarta dan sempat membelah tajam umat dalam bersikap.

***

Saya diterima dengan baik olehnya. Setelah diberi suguhan, saya diajak masuk ke ruang khususnya, yang nampak di mata saya adalah perpustakaan besar dengan koleksi kitab-kitab berjajar rapih. Ada sesuatu yang membuat saya kaget ketika ia menunjukkan silsilah keilmuan kakeknya yang tercatat rapih dan kini menurun padanya.

UNTUK DAPAT MEMBACA ARTIKEL INI SILAKAN LOGIN TERLEBIH DULU. KLIK LOGIN