Fatwa “Talqin Mayyit” di Majalah “al-Huda” untuk Soalan dari Bandung

 
Fatwa “Talqin Mayyit” di Majalah “al-Huda” untuk Soalan dari Bandung

LADUNI.ID - Berikut ini adalah teks soalan fatwa dan jawabannya yang termuat dalam rubrik “Neraca Ahlussunnah wal Jama’ah” majalah bulanan “al-Huda”, edisi bulan Zulkaedah 1349 Hijri (bertepatan dengan Maret 1931).

Soalan tersebut datang dari seorang bernama Tuan Abdullah Ahmad di Bandung. Dalam soalan tersebut, Tuan Abdullah Ahmad menanyakan perihal hukum “talqin mayyit”, apakah ia hukumnya sunnah, mubah, makruh, atau justru haram.

Tertulis di sana:

سؤال داري توان عبد الله أحمد بندوغ. بكيمانكه حكمث تلقين ميت؟ سنة كه، أتو بدعة أتو مباح، أتو حرام؟

(Soal dari Tuan Abdullah Ahmad Bandung. Bagaimanakah hukumnya talqin mayyit? Sunnah kah, atau bid’ah, atau mubah, atau haram?)

Menjawab soalan dari Bandung tersebut, redaksi majalah al-Huda mengatakan bahwa hukum “talqin mayyit” adalah “sunnah muttaba’ah”. Redaksi juga mengatakan, bahwa permasalahan hukum “talqin mayyit” pada masa itu sedang menjadi salah satu “trending topic” isu keislaman yang menghangat di Hindia Belanda (Indonesia). Terjadi perdebatan yang cukup sengit antara kelompok tradisionalis yang mengamalkan tradisi “talqin mayyit” dengan kelompok puritan yang membid’ahkan tradisi tersebut, juga beberapa tradisi dan amaliah muslim Nusantara lainnya semisal ziarah kubur, maulidan, bershalawat dengan menggunakan kata “sayyidinâ”, dan lain sebagainya.

UNTUK DAPAT MEMBACA ARTIKEL INI SILAKAN LOGIN TERLEBIH DULU. KLIK LOGIN