NU dan Kemesraannya dengan Non-Muslim
Oleh HILMI SIROJUL FUADI *)
LADUNI.ID, Jakarta - Barangkali tidak ada orang yang mengingkari bahwa kehidupan ini merupakan suatu realitas yang sangat plural. Semua orang sepakat bahwa keberagaman merupakan sunnatullah yang tak dapat ditolak maupun dihindari. Sejak terlahir ke bumi, manusia telah membawa keunikan dan perbedaannya sendiri-sendiri. Baik itu perbedaan dalam jenis kelamin, ras, suku, tanah air, atau bahkan agama serta keyakinan yang diwariskan dari orang tua dan lingkungannya. Hal mengenai perbedaan dan pluralitas ini juga didokumentasikan pada beberapa tempat di dalam Al-Qur’an.[1]
Misalnya saja di dalam QS. Al-Hujurat: 13, Allah Swt. berfirman:
يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّا خَلَقْنَاكُمْ مِنْ ذَكَرٍ وَأُنْثَىٰ وَجَعَلْنَاكُمْ شُعُوبًا وَقَبَائِلَ لِتَعَارَفُوا ۚ إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ ۚ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ
Artinya: “Wahai Manusia, sesungguhnya Kami telah menciptakan kalian dalam keadaan sama, dari satu asal: Adam dan Hawâ’. Lalu kalian Kami jadikan, dengan keturunan, berbangsa-bangsa dan bersuku-suku, supaya kalian saling mengenal dan saling menolong. Sesungguhnya orang yang paling mulia derajatnya di sisi Allah adalah orang yang paling bertakwa di antara kalian. Allah sungguh Maha Mengetahui segala sesuatu dan Maha Mengenal, yang tiada suatu rahasia pun tersembunyi bagi-Nya
Memuat Komentar ...