Hubungan Militer AS dan Kurdi Suriah Penuh dengan Lika-liku
LADUNI.ID, Pada minggu ini Pemerintah Amerika Serikat memutuskan untuk menarik pasukan dari wilayah perbatasan antara Suriah dan Turki. Setelahnya, militer Turki menjalankan 'Operation Peace Spring' terhadap wilayah utara Suriah yang dikuasai pasukan Kurdi.
Berdasarkan pandangan dari kelompok Kurdi Suriah, keputusan ini menunjukkan bagaimana AS kembali mengingkari komitmen dan dukungan terhadap warga Kurdi untuk kesekian kalinya, serta relasi antardua wilayah yang terus mengalami pasang surut selama berpuluh-puluh tahun.
Dikutip dari The Washington Post, hubungan antara AS dan etnis Kurdi di Suriah dapat ditelisik sejak 1963. Awal hubungan mulai terbentuk ketika pemerintah AS menyarankan para warga etnis Kurdi untuk mendukung pemerintahan baru yang dipimpin Partai Ba'ats, sebuah gerakan politik di Irak yang beraliran nasionalis-sekuler.
Menurut berita yang dilansir situs CNN Indonesia, pendekatan ini mulai dilakukan pasca penggulingan Abdel Karim Kassem dari posisi pemimpin Irak.
Rakyat Kurdi mengikuti saran AS yang dibuktikan dengan penandatanganan perjanjian antara Partai Demokrat Kurdi (KDP) dengan pemerintah Irak yang baru pada 1970. Kesepakatan ini dilakukan dengan bantuan Saddam Hussein yang saat itu menjabat sebagai wakil presiden Irak.
Setelah beberapa tahun kemudian, pemerintah AS yang saat itu dipimpin presiden Richard Nixon menganggap Partai Ba'ats sebagai ancaman, sehingga presiden dan petinggi Iran mulai mendanai pemberontak Kurdi untuk meminta otonomi dari pemerintah Irak.
Memuat Komentar ...