Orang yang Senang Melakukan Korupsi Jiwanya Sakit

 
Orang yang Senang Melakukan Korupsi Jiwanya Sakit

Foto: Ilustrasi (businessinsider.in)

LADUNI.ID, Jakarta - Bagi pelakunya, tindakan apa pun, entah itu baik atau buruk, mesti memiliki rasionalitas tersendiri mengapa hal itu dilakukan?

Setiap orang ingin mencari pembenaran terhadap apa yang dilakukan dan berdamai dengan dirinya sendiri. Contoh yang terdengar ekstrem adalah pengakuan seorang pelacur. Dia merasa terpaksa melakukannya karena sudah putus asa, tidak mampu mencari penghasilan lain, sementara dia mesti membiayai pendidikan anaknya yang tinggal di kampung bersama neneknya.

Dia ingin agar anaknya tumbuh menjadi anak yang pintar dan saleh, rajin sembahyang dan mengaji, jangan sampai bergelimang dosa seperti dirinya. Ibunya mencari nafkah dengan melacur sembari berharap (dan yakin) semoga dosa-dosa yang dilakukannya akan diringankan timbangannya di akhirat kelak oleh kesalehan anaknya.

Cerita di atas adalah contoh sederhana tentang rasionalitas sebuah tindakan. Bahwa setiap tindakan pasti ada upaya penjelasan dan pembenaran dari pelakunya sehingga yang bersangkutan merasa damai dengan dirinya sendiri meski yang bersangkutan tahu dan sadar bahwa tindakannya melawan norma susila, hukum, dan agama.

Dalam wacana normatif keagamaan, tentu saja sangat mudah membuat kategori dan penghakiman hitam-putih, antara halal dan haram, baik dan buruk, benar dan salah. Demikian juga halnya dengan tindakan korupsi. Dari sudut pandang hukum, korupsi, sebagaimana juga mencuri, adalah mengambil sesuatu yang bukan hak miliknya sehingga merugikan pihak lain.

UNTUK DAPAT MEMBACA ARTIKEL INI SILAKAN LOGIN TERLEBIH DULU. KLIK LOGIN