Kisah Hikmah Gus Miek Saat Bertemu dengan Seorang Pengemis

 
Kisah Hikmah Gus Miek Saat Bertemu dengan Seorang Pengemis

LADUNI.ID, Jakarta - Suatu pagi di kota Kediri, Gus Miek beserta Miftah (Garum, Blitar) berjalan-jalan dengan menaiki sepeda. Di tengah perjalanan, tiba-tiba Gus Miek mengajak berhenti.

“Miftah, kamu nanti ikut bersalaman dengan orang itu,” katanya sambil menunjuk seorang pengemis yang sedang meminta-minta. Keduanya lalu menunggu. Setelah ada orang yang memberi, pengemis itu berdiri dan beranjak pergi.

Gus Miek kemudian mengucapkan salam, pengemis itu pun membalasnya.

“Lho, kok kamu, Gus?!” kata pengemis itu.

“Iya, Mbah,” sahut Gus Miek.

“Di sana lho, Gus, ada warung murah, tetapi masih ada yang lebih murah lagi,” kata pengemis itu.

“Iya, Mbah. Hanya itu saja Mbah?” Tanya Gus Miek.

“Iya, Gus” jawab pengemis itu sambil berlalu.

Setelah pengemis itu pergi, Gus Miek berkata kepada Miftah, “Tah, orang itu adalah orang yang terbalik.”

“Terbalik bagaimana, Gus?” tanya Miftah keheranan.

“Maksudnya, kelak di akhiratnya dia tidak seperti itu. Dia kalau tidur seenaknya sendiri, di emperan toko juga sudah biasa. Kyai Mahrus Ali (Lirboyo-Kediri) mencari orang itu dalam dua tahun tidak ketemu, kalau aku sering sekali bertemu dengan dia,” kata Gus Miek.

“Kok menunjukkan warung murah, Gus?” tanya Miftah lagi.

“Ya, itu tadi mencemooh aku. Maksudnya, aku DILARANG TAKABUR. Tapi, aku kan masih muda, ya tidak bisa kalau tidak takabur. Sedangkan dia sudah tua, ya pasti bisa untuk tidak takabur,” jawab Gus Miek.

UNTUK DAPAT MEMBACA ARTIKEL INI SILAKAN LOGIN TERLEBIH DULU. KLIK LOGIN