Mengenang Petuah Berharga Kyai Ahmad Nafi’ Abdillah

Laduni.ID, Jakarta - Beberapa tahun sebelum Kyai Nafi’ wafat, saya berkesempatan sowan untuk keperluan meminjam teks khutbah yang biasa dibaca di masjid Kajen. Sudah menjadi rahasia umum, bagi para tamu yang mempunyai keperluan atau problem, momen sowan paling efektif adalah setelah pengajian kitab Al-Hikam pada setiap hari Ahad pagi.
Setelah pengajian usai, saya pun sengaja mengambil posisi antre paling belakang untuk be-rmushofahah dengan beliau—agar setelah mushofahah bisa langsung duduk di ruang tamu bersama tamu lainya dan ikut nguping uneg-uneg para tamu tersebut sambil kadang mencatat dawuh dan petuah Kyai Nafi’. Di situlah kehati-hatian, kebijaksanaan, dan welas asih beliau sangat terasa.
Tidak jarang sebelum memberi solusi sebuah permasalahan, beliau bertanya terlebih dahulu agar permasalahanya jelas. Bahkan beliau sering tidak langsung menjawab, melainkan masuk ke dalam kamar terlebih dahulu. Tetapi ada pula yang belum sempat mengutarakan uneg-uneg-nya, Kyai Nafi’ sudah mendahului dengan memberi wejangan dan bacaan tertentu.
Tidak terasa satu jam lebih duduk dan mendengar petuah dan wejangan beliau, para tamu sudah meninggalkan majelis. Tinggal saya dan adik ipar saya yang belum
UNTUK DAPAT MEMBACA ARTIKEL INI SILAKAN LOGIN TERLEBIH DULU. KLIK LOGIN
Support kami dengan berbelanja di sini:
Memuat Komentar ...