Pintu Poligami Ditutup, Kabar Buruk Bagi Kaum Laki-laki Muhammadiyah
Oleh Ust. NURBANI YUSUF *)
LADUNI.ID, Jakarta - ‘Aisyiyah memang beda. Bukan hanya modern tapi juga berani melawan fikih mapan. Masih banyak bukti bahwa perempuan Muhammadiyah ini memang patut dipuji: dua buah universitas, ribuan PAUD dan TK. Bahkan klinik bersalin hingga puluhan rumah sakit bertaraf internasional. ‘Aisyiyah adalah inspirator gerakan perempuan dan pembebasan di Indonesia.
Ketika gerakan gender di Barat baru bicara soal kesetaraan laki-laki dan perempuan, 100 tahun yang lalu Walidah berkuda ke tempat ngaji. Aisyiyah membangun PAUD, menerbitkan majalah Soeara ‘Aisyiyah, surat kabar pertama di dunia yang diterbitkan perempuan. Ketika perempuan yang lain masih berposisi sebagai konco wingking atau suwargo nunut neraka katut.
‘Aisyiyah mungkin tak sekontroversial aktivis perempuan Amerika Serikat, Prof. Ameena Abdul Wadud, dan aktifis perempuan lainnya. Yang mana, menyoal tentang kenapa shaf perempuan di belakang laki-laki, soal waris yang mendapat separo atau aqiqahnya hanya seekor.
Gerakan perempuan ini memang spesial. Tidak banyak wacana tapi menunjukkan bukti. Pikiran majunya sering melampaui jamannya. Termasuk konsep keluarga sakinah yang digagasnya adalah simbol pikiran progresif. Keliru besar jika kemudian hanya dipahami tentang berapa jumlah istri. Atau sosok perempuan saleh yang rela dimadhu.
Gerakan ‘Aisyiyah cenderung substantif bukan berhenti pada simbol. Apalagi menyerahkan dirinya atas kehendak laki-laki sebagaimana banyak di bahas pada fiqh maskulin yang memosisikan perempuan sebagai pelengkap. Jika berpikir demikian, anda salah. ‘Aisyiyah bukan perempuan macam itu. Perempuan Muhammadiyah akan mencari surganya sendiri bukan ‘surga gratis’ pemberian laki-laki.
Memuat Komentar ...