Kisah Anak Suku Kokoda Ingin Sholat Shubuh Berjamaah dan Belajar Ngaji Rela Tidur di Madrasah
LADUNI.ID. Sorong - "Pak guru, kita tidur sini ya?," "Kau mau tidur di sini?" tanya balik saya pada rengekan gadis cilik yang sering disapa Anipa.
Setelah ia menganggukkan kepala, lalu bilang, "saya ajak teman-teman, ya, pak guru?"
"Eh, tapi harus minta ijin sama orang tua kalian dulu lho. Kalau tidak boleh, tidak boleh tidur sini. Kalau boleh, baru boleh. Yang masih ngompol juga jangan ikut tidur lho," ucap saya sesaat sebelum ia bergegas pergi.
Belum ada lima menit, suara kaki berkejar-berlarian terdengar mendekat. Gerombolan anak-anak pun bermunculan dengan nafas ngos-ngosan. Setelah berucap salam, Riski, salah seorang anak berucap, "Pak guru, kitorang tidur sini kah?" Saya pun menjawabnya sebagaimana ketika menjawab Anipa. Di belakangnya, ganti bergerombol anak-anak perempuan berbicara hal yang sama yang saya jawab sama pula.
Setelah mereka menghilang beberapa saat lalu, kemudian mereka datang lagi membawa bantal dan selimut.
"Kalian mau tidur di sini betulan kah?"
"Iyo, pak guru," jawab mereka hampir serempak.
"Kalau betulan, sebentar saya belikan tikar," sambung saya.
"Ah, tidak usah, pak guru. Saya punya mama tadi bilang disuruh angkat tikar di rumah," kata Aisyah.
Tidak lama pun tikar dibawa dan digelar sebagai alas tidur. Namun hingga pukul sebelas malam lebih, sepuluh anak perempuan dan lima anak laki-laki yang ingin tidur di ruang Madin Al-Ibriz Iru Nigeiyah ini tak kunjung tidur-tidur. Hingga akhirnya mereka semua tidak terdengar ada suaranya dan terlelap ketika saya mencoba melihat mereka saat pukul satu dini hari.
Memuat Komentar ...