Cara Berpikir Kader Adalah Cara Berpikir Jam’iyah, Bukan Sekadar Jama’ah
foto: Quote Nahdlatul Ulama
LADUNI.ID, Jakarta - Orang NU yang punya kapasitas mengurus NU sebaiknya jadi pengurus NU. Tidak di pusat ya di wilayah atau di cabang atau di wakil cabang atau di ranting. Tidak di NU ya di lembaga dan banom NU. NU punya banyak lembaga dan Banom. Artinya banyak ruang pengabdian. InsyaAllah berkah. Hadlratus Syeikh KH Hasyim Asy’ari dawuh: "Siapa yang mau ngurus NU saya anggap jadi santriku. Siapa yang jadi santriku, saya doakan husnul khatimah sekeluarganya.”
Pengurus NU itu yang benar-benar ngurus NU, bukan sekadar numpang nama. Dulu di masa orang-orang tua, termasuk orang tua saya, ngurus NU itu ya bikin undangan sendiri, diantarkan sendiri (pakai sepeda jengki), nyiapin ‘ubo rampe’ sendiri kalau ada kegiatan. Juga menginisiasi pengajian, ngontel, tanpa harapan bisyarah. Paling banter pulang dibawain berkat. Era sekarang organisasi sudah lebih maju, tetapi polanya hampir sama.
NU itu organisasi (jam’iyah), bukan sekadar komunitas (jama’ah). Tugas pengurus itu men-jam’iyah-kan jama’ah. Ber-NU itu bukan sekadar beribadah cara NU, tetapi juga berpikir dan bergerak cara NU. Yang beribadah cara NU bukan hanya NU. Banyak organisasi lain yang ubudiyah-nya sama dengan NU, tetapi bukan NU. Men-jamiyah-kan jama’ah NU artinya menyatukan amaliah, fikrah, dan harakah dalam satu tarikan nafas. Dan itu hanya bisa melalui kaderisasi. Ada lima jenis kaderisasi di lingkungan NU: kaderisasi struktural (MKNU), kaderisasi penggerak (PKPNU), kaderisasi calon syuriah (PPWK), kaderisasi fungsional, dan kaderisasi profesional. Sebelum ada jenjang kaderisasi resmi ini, kaderisasi telah dilakukan oleh banom-banom NU dengan banyak nama. Intinya kaderisasi.
Memuat Komentar ...