Benarkah Cingkrang Simbol ke-Islaman?

 
Benarkah Cingkrang Simbol ke-Islaman?

Foto: Ilustrasi

LADUNI.ID, Sumsel - Bagi kaum pemuja teks seperti Wahabi, salah satu ciri simbol ke-islaman adalah bercelana cingkrang. Siapa yang tidak cingkrang maka belum dianggap Islam atau tidak sempurna ke-islamannya. Siapa yang isbal (tidak cingkrang) maka dianggap sebagai kaum kuffar atau tasyabbuh bil kuffar (menyerupai kaum kafir).

Menurut saya, sangat tidak tepat jika simbol ke-islaman hanya sebatas cingkrang sebab ke-islaman seseorang tidak ada kaitannya dengan celana cingkrang. Ke-islaman seseorang adalah dengan melaksanakan rukun Islam. Ke-imanan seseorang dengan memahami Rukun Iman dengan benar. Tidak cingkrang bukan berarti menyebabkan gagalnya keislaman seseorang.

Kesalahan Wahabi dalam memahami hadits sehingga menelan hadits mentah-mentah akibatnya memuja cingkrang dan asal cap kafir yang tidak cingkrang. Inilah pemahaman dangkal dan semangat menggebu-gebu mendakwahkan Islam namun cekak pengetahuan.

Agar tidak gagal paham, Wahabi perlu memahami hal ini:

1. Perintah cingkrang memiliki illat (sebab hukum) yakni jika disertai sikap sombong maka jika tidak cingkrang dan tidak sombong, tidak menjadi masalah.

Berikut haditsnya:

عن النبي صلى الله عليه وسلم قال: من جر ثوبه خيلاء لم ينظر الله إليه يوم القيامة قال أبو بكر: يا رسول الله، إن أحد شقي إزاري يسترخي، إلا أن أتعاهد ذلك منه؟ فقال النبي صلى الله عليه وسلم: لست ممن يصنعه خيلاء.

UNTUK DAPAT MEMBACA ARTIKEL INI SILAKAN LOGIN TERLEBIH DULU. KLIK LOGIN