Profil
Awalnya pesantren Salafiyah dikenal dengan pesantren Nurul Huda. Secara bahasa, Nurul Huda berarti cahaya petunjuk. Nurul Huda sendiri sudah berdiri sejak tahun 1960 di bawah asuhan seorang kyai lulusan pesantren Sukorejo Asembagus Situbondo Jawa Timur. Sarji namanya. Ketika naik haji, sang kyai mendapat gelar haji Abu Zairi namun orang di desanya lebih mengenal dengan sebutan Sarji. Nama haji ini diambil dari kebiasaan sang kyai yang memang suka jalan. Abu Zairi sendiri artinya ayahnya perjalanan.
Pesantren Salafiyah Pakisan bercita-cita santrinya menjadi orang-orang yang berjiwa salaf itu. Apalagi di depan nama salafiyah itu ditambahkan dengan label Islam, maka lengkap sudah cita-cita kyai Abu Zairi untuk menciptakan generasi yang punya kepasrahan total dan keyakinan yang kuat kepada Allah serta jiwa perjuangan untuk selalu membela kaum lemah.
Cita-cita semacam ini menjadi cita-cita yang sekali dayung dua tiga pula terlampui. Kepasrahan total kepada Allah mencerminkan kesalehan ritual. Sedangkan perjuangan membela kaum lemah mencerminkan kesalehan sosial.
Dengan cita-cita salaf itu, kyai Abu Zairi terus membina dan menapak sedikit demi sedikit pesantren Islam Salafiyah ini. Untuk menguatkan posisi pesantren, pesantren diaktenotariskan dengan nama yayasan pondok pesantren islam ”salafiyah”. Pembuatan akte notaris tercatat tanggal 28 maret 1985 dengan nomor 16.
Yayasan mempunyai keanggotaan yang terdiri dari jemaah Ikhwan yang berguru mursyid kepada kyai. Mereka berasal dari berbagai daerah di Jawa Timur, Jawa Tengah, Bali dan Lombok. Bahkan ada pula jemaah berasal dari negeri jiran, Malaysia. Ketuanya adalah H. Nur Rais dari Situbondo. Wakil yayasan adalah H. Abd. Rasyid dari Situbondo. Pengasuhnya adalah KH. Abu Zairi sendiri. Wakil pengasuh juga diserahkan kepada H. Abd Rasyid.
Memuat Komentar ...