Pujian Gus Dur untuk Gus Sholah
LADUNI.ID, Jombang - Selama ini dipermukaan umum kakak beradik ini terpandang seringkali berbeda pandangan. Dalam buku berjudul, KH. A. Wahid Hasyim dalam Padangan Dua Putranya - Gus Dur & Gus Sholah, memuat debat kakak beradik di media massa.
Polemik itu berawal dari tulisan Gus Dur tertanggal 8 Oktober 1998 berjudul “A. Wahid Hasyim, Islam dan NU” dimuat di Koran Media Indonesia, tepatnya sepanjang tahun 1998. Sesuai permintaan Yai Sholah, kedua artikel Gus Dur dan Gus Sholah untuk diterbitkan kembali Pustaka Tebuireng pada tahun 2015.
Artikel tersebut sangat mencerahkan. Kita dapat belajar mengenai arti perbedaan dan cara menyikapi perbedaan pendapat dengan santun. Namun, dikalangan pengikutnya seakan tampak kemudian terlihat membelah. Padahal sebenarnya diantara Gus Dur dan Gus Sholah baik-baik saja. Kenapa bisa demikian?
Berani berbeda pandangan dan mempertahankan argumentasinya penuh dengan kesantunan sudah diajarkan dengan baik didalam keluarga mereka. Jadi, menjadi hal biasa dikalangan keluarga mereka. Diluar dalam satu urusan terpandang berbeda pandangan namun dalam hal lainnya mereka guyub rukun.
Sejatinya ibu Nyai Sholihah Wahid Hasyim yang telah berhasil menanamkan pendidikan karakter kepada putra-putrinya didalam keluarganya. Dalam banyak hal, ibunya selalu menjadi sebuah inspirasi. Mengapa tidak ayahnya? Karena KH. Abd. Wahid Hasyim wafat di usia muda.
Alkisah, pada suatu waktu Gus Dur diwawancarai oleh seorang wartawan dengan diberi tema, Jangan Pakai Ukuran Lama. Saat Gus Dur ditanya, siapa yang mempengaruhi Anda dalam hidup? Tanya wartawan Matra. Ibu Solichah lah yang berjasa membentuk kepribadian saya. Kami putra-putri KH. Abd. Wahid Hasyim dan Nyai Sholihah dibesarkan oleh ibu saya. Ayah meninggal saat saya berumur 12 tahun. Ada yang menjadi insyinyur, dokter, pengusaha, tokoh masyarakat.
Memuat Komentar ...