Gus Sholah, Apa Kamu Mau Jadi Kiai Pesantren?

 
Gus Sholah, Apa Kamu Mau Jadi Kiai Pesantren?

LADUNI.ID, Jombang - "Saat ibumu melahirkanmu, engkau menangis, sementara orang-orang yang berada di sekelilingmu menyambutmu dengan tawa gembira. Berjuanglah, hingga saat mautmu tiba, mereka manangis, sementara engkau tertawa ria." Syair Hikmah, kesukaan KH. Abdul Wahid Hasyim.

Gus Sholah memang bukanlah seorang yang bertahun-tahun belajar kepada kiai di Pesantren layaknya seorang santri yang pada umumnya. Syarat umum untuk menjadi kiai pesantren, ya minimal dia, pernah berguru kepada para kiai di sejumlah pesantren, mondok nya bertahun-tahun.

Ngajinya dari kitab terkecil sampai yang dianggap gede-gede. Ngajinya dari pesantren A ke pesantren B dan seterusnya. Kenapa? Tiap pesantren biasanya kiainya memiliki spesialisasi tertentu. Meskipun terkadang juga ada pengulangan dalam belajar. Dalam hal ini sesuai sistem yang berlaku dan kemauan kiainya, dia mengajari apa.

Kalau jaman dahulu, untuk menjadi kiai beneran dan berpengaruh juga harus melengkapi pengembaraan ilmiahnya dengan ibadah haji dan belajar kepada para ulama besar dari Tanah Suci, Makkah dan Madinah meskipun itu hanya sebentar saja. Kendati demikian, juga ditemukan kiai tersohor yang belajarnya hanya didalam negeri saja, dia dapat berhasil. Dan ini pemahaman lama yang masih sangat familiar. Gus Sholah dalam hal ini nampaknya sadar betul dalam hal ini.

Gus Sholah  faktanya memang putra kiai ternama, KH. Abd Wahid Hasyim dan Nyai Solichah. Dari jalur ayahnya tersambung ke Hadratussyaikh KH. M. Hasyim Asy'ari, dan seterusnya. Sedangkan dari jalur ibunya tersambung ke KH. Bisri Syansuri, dan seterusnya.

UNTUK DAPAT MEMBACA ARTIKEL INI SILAKAN LOGIN TERLEBIH DULU. KLIK LOGIN