Kiai Misbah dan Pecut Sunan Kalijaga

 
Kiai Misbah dan Pecut Sunan Kalijaga

LADUNI.ID, Jakarta - Pagi ini, udara Madinah sangat bersahabat -- dingin-dingin Puncak, dan langit pun cerah. Saat sarapan, menjelang berangkat ke Mekah, Gus Mus mengisahkan sesuatu yang menarik mengenai dua kiai: Mbah Bisri Mustofa (ayahanda beliau) dan adiknya, Mbah Misbah Zainul Mustofa. Keduanya adalah kiai "dug-deng", ampuh, baik secara keilmuan lahir maupun "suwuk" (keilmuan batin). 

Keduanya juga menulis banyak karya dalam bahasa Jawa, meskipun mereka fasih berbahasa Arab, baik lisan atau tulis. Gus Mus bercerita, mereka sering berkirim surat, bahkan berpolemik, dalam bahasa Arab. Sebagian surat-surat mereka itu masih disimpan dengan baik oleh Gus Mus. Mbah Bisri dan Mbah Misbah memang sering berbeda pendapat, meski mereka kakak-beradik. Mbah Bisri kiai modern, Mbah Misbah kiai galak. 

Dua rama kiai ini punya perbedaan dalam beberapa hal. Kiai Bisri, misalnya, cenderung "rasional", kurang begitu suka pada ilmu "kebatinan" atau kanuragan, meski khazanah ilmu hikmah yang dimiliki beliau cukup banyak. Banyak ijazah "suwuk" yang diwedar oleh Kiai Bisri, termasuk melalui kitab-kitabnya yang memakai bahasa Jawa. Tetapi, secara umum, Kiai Bisri memang lebih cenderung rasional.

Sementara Kiai Misbah mempunyai watak yang berbeda sekali. Pak Bah, begitu Gus Mus biasa memanggil pamannya ini, justru punya kegemaran pada ilmu-ilmu hikmah, kanuragan. Beliau, misalnya, memiliki pecut yang diberikan langsung Sunan Kalijaga. Dan ini menimbulkan keheranan pada Mbah Bisri, kakaknya. 

UNTUK DAPAT MEMBACA ARTIKEL INI SILAKAN LOGIN TERLEBIH DULU. KLIK LOGIN