Mari Belajar Beda Pendapat seperti yang Telah Ada sejak Zaman Sahabat Nabi

 
Mari Belajar Beda Pendapat seperti yang Telah Ada sejak Zaman Sahabat Nabi
Sumber Gambar: Pinterest, Ilustrasi: laduni.ID

Laduni.ID, Jakarta - Patut kita syukuri karena sebagian umat Islam ada ghiroh dan semangat mempelajari Islam. Sayangnya, hal itu biasanya dilakukan tidak sempat lama seperti di Pesantren yang 24 jam diajari penuh ilmu agama. Mereka mempelajari ilmu-ilmu agama melalui majelis ta'lim yang berjalan 1-2 jam, di internet yang kepotong kuota, di grup-grup WA sambil diselingi cacian. Intinya, menurut saya hal itu menyebabkannya tidak utuh dalam belajar ilmu agama.

Adapun yang mereka terima adalah produk fiqihnya, ini halal, ini haram, ini bid'ah, dan lain sebagainya. Ibarat makanan mereka tinggal santap saja. Tidak diberi tahu proses memasaknya, bahannya apa saja, diolah seperti apa dan seterusnya. Ribet memang urusan dapur ini. Dalam ilmu agama proses "memasak hukum" ini namanya adalah ushul fiqih.

Ibaratnya begini. Jika ada singkong kemudian diiris tipis dan digoreng maka jadilah keripik. Silahkan yang berselera kripik untuk memakannya. Tapi singkong tadi bisa juga digiling, maka jadi gethuk. Silahkan pula nikmati makanan khas daerah ini. Demikian pula produk hukum fiqih, sama-sama dari dalil Al-Qur'an dan Hadis, tapi cara penyajiannya yang berbeda.

Mari kita buka lagi kitab-kitab Hadis, maka akan ada banyak ditemukan perbedaan pendapat di antara para sahabat, di antaranya adalah riwayat berikut:

ﻭَﻋَﻦْ ﺃَﺑِﻲ ﺳَﻌِﻴﺪٍ اﻟْﺨُﺪْﺭِﻱِّ - ﺭﺿﻲ اﻟﻠﻪ ﻋﻨﻪ - ﻗَﺎﻝَ: ﺧَﺮَﺝَ ﺭَﺟُﻼَﻥِ ﻓِﻲ ﺳَﻔَﺮٍ, ﻓَﺤَﻀَﺮَﺕْ اﻟﺼَّﻼَﺓُ - ﻭَﻟَﻴْﺲَ ﻣَﻌَﻬُﻤَﺎ ﻣَﺎءٌ - ﻓَﺘَﻴَﻤَّﻤَﺎ ﺻَﻌِﻴﺪًا ﻃَﻴِّﺒًﺎ, ﻓَﺼَﻠَّﻴَﺎ, ﺛُﻢَّ ﻭَﺟَﺪَا اﻟْﻤَﺎءَ ﻓِﻲ اﻟْﻮَﻗْﺖِ

UNTUK DAPAT MEMBACA ARTIKEL INI SILAKAN LOGIN TERLEBIH DULU. KLIK LOGIN