Pasar Gelap Ustaz, Standar Ulama Bukan karena Hijrah atau Tenar di Medsos
foto: santri.id
LADUNI.ID, Jakarta - Saya berkali-kali menyampaikan, hati-hati mencari ustaz. Jangan sembarangan mengundang orang untuk mengisi pengajian, memanggil dia ustaz, apalagi menyebutnya sebagai ulama.
Saya perlu semakin serius mengingatkan hal ini. Karena semakin banyak orang-orang yang hanya bermodal bisa pidato, berbaju gamis, mengumpat sana-sini diundang kemana-mana, dipanggil ustaz. Hafal satu dua ayat al-Quran dan hadis cukup menjadi modal.
Pasar gelap ustaz ini biasanya dihuni dua kelompok besar. Pertama, para muallaf. Beberapa muallaf, meskipun tidak punya ilmu keislaman yang cukup, tiba-tiba dia menjadi ustaz karena modal bisa pidato. Yang paling banyak diceramahkan biasanya menjelek-jelekkan keyakinan lamanya. Dia ingin menunjukkan sekarang sudah mendapat "hidayah". Tak lupa, biasanya juga menebar ketakutan, bahwa agama lamanya itu menjadi ancaman terhadap Islam. Kalau melihat orang seperti ini, saya sering jengkel sendiri, membayangkan kalau ada orang keluar dari Islam kemudian menjelek-jelekkan Islam dalam komunitas agamanya yang baru. Orang-orang seperti ini yang biasanya menaikkan ketegangan muslim dan non muslim.
Kedua, orang-orang yang dulu jauh dari Islam, suka maksiat dan sebagainya, kemudian berubah menjadi lebih religius, mengubah penampilan dan sebagainya. Orang-orang seperti ini biasanya menyebut diri sebagai orang yang sudah "hijrah". Modal kegelapan masa lalu dieksploitasi, seolah sekarang sudah benar-benar hidup dalam terang. Dengan modal bisa pidato, punya tim media sosial untuk menaikkan popularitasnya, mereka tiba-tiba dipanggil ustaz dan dijadikan rujukan dalam beragama.
Memuat Komentar ...