Tingkatkan Kesabaran dan Perkuat Ikatan Satu Barisan NU
LADUNI.ID, Jakarta - Realitas saat inilah yang mendorong perlu tumbuhnya Ideologisasi Ummah NU. Secara istilah meminjam pengertian ummat menurut Imam Ar-Raghib al-Ishfahani, adalah kelompok yang dihimpun oleh sesuatu, baik persamaan agama (keyakinan), waktu atau tempat, baik pengelompokan itu secara terpaksa atau atas kehendak sendiri. Hal ini sejalan dengan QS al-Maidah:48: “Setiap ummat Kami jadikan mereka syari’at dan jalan terang (syir’atan wa minhaja)”.
Secara normatif cukup banyak ayat al-Qur’an yang membicarakan eksistensi ummat. Begitupun beberapa hadist meriwayatkan bahwa kelak manusia akan dipanggil secara berkelompok sesuai kelompok “ke-umatannya”. Dapat kita baca diantaranya: “Dan (pada hari itu) kamu lihat tiap-tiap umat berlutut. Tiap-tiap umat dipanggil untuk (melihat) buku catatan amalnya…” (QS. al-Jâtsiyah/45:28). “(Ingatlah) suatu hari (yang pada hari itu) Kami panggil tiap umat dengan pemimpinnya….” (QS. al-Isrâ`/17:71). Dengan demikian bila kita memahami Nahdlatul Ulama sebagai Manhaj, dan dibangun atas dasar kepemimpinan maka jelaslah NU adalah bagian dari ummat yang dapat dijadikan washilah di hari perhitungan Allah SWT.
Manusia beragama tentu berharap hasil akhirnya adalah keselamatan menuju alam akhirat dan perjumpaannya dengan Sang Khaliq. Rasa-rasanya setiap insan merasa tidak pantas untuk mempertanggung jawabkan secara peribadi sebagai makhluk yang layak masuk surga. Pada kesadaran inilah menjadikan sinkron antara keyakinan washilah melalui “orang-orang suci” dalam ajaran NU dengan NU sebagai salah satu Ummah.
Memuat Komentar ...