Meneladani Cara Gus Dur Menertawakan Diri Sendiri
LADUNI.ID, Jakarta - Di dalam khazanah humor Tanah Air, Abdurrahman Wahid alias Gus Dur merupakan harta karun berharga yang bangsa kita miliki. Berkat Gus Dur, kita tidak lagi bingung atau malu ketika negara-negara lain memamerkan tokoh humornya masing-masing, seperti Persia dengan Abu Nawasnya, Nasruddin Hoya yang identik dengan Turki, atau Charlie Chaplin di Inggris.
Bahkan, bisa dibilang Gus Dur punya nilai lebih dibandingkan ketiganya. Sebab, Gus Dur tidak hanya orang yang jago berhumor, melainkan juga seorang agamawan, negarawan, bahkan seorang guru bangsa. Luasnya pemahaman dan perspektif Gus Dur tentang teori humor berikut cara menggunakannya inilah yang membuat logika berhumor Gus Dur menjadi sangat kaya. Ia, misalnya, tak hanya menghumorkan politik, tetapi juga mempolitikkan humor.
Ada sejumlah humor Gus Dur yang secara implisit menyindir Presiden Soeharto yang kala itu berkuasa. Ambil sebagai contoh humor tentang seorang kepala negara yang selalu ditanya kapan ia punya pengganti setiap mencukur rambut di tukang cukur langganannya. Seperti dituturkan Gus Dur, walaupun si tukang cukur dimarahi oleh kepala negara tersebut, ia sama sekali tidak takut. Pasalnya si tukang cukur punya alasan mengapa sering menanyakan hal tersebut, yaitu karena setiap habis ditanya, bulu kuduk kepala negara itu berdiri, sehingga mudah untuk dipotong.
Tri Agus Susanto Siswowiharjo, penulis dan peneliti humor Gus Dur, melihat humor Gus Dur sebagai salah satu cara berekspresi secara politis. Lewat humornya, ia tak hanya mengkritik rezim Orde Baru, tetapi juga menyindir praktik-praktik yang menurutnya tidak tepat. Menariknya, meski berstatus sebagai pemimpin atau tokoh negara, Gus Dur juga bisa dan mau untuk menertawakan diri sendiri.
Memuat Komentar ...