Keniscayaan Menggunakan Kecerdasan Akal dalam Beragama

 
Keniscayaan Menggunakan Kecerdasan Akal dalam Beragama
Sumber Gambar: neurosciencenews.com, Ilustrasi: laduni.ID

Laduni.ID, Jakarta - Anugerah istimewa dari Sang Pencipta kepada setiap manusia adalah akal. Saya sebut sifat akal sebagai sesuatu yang istimewa karena keunggulan dan keluhuran manusia dibandingkan dengan makhluk lainnya itu terletak pada kecerdasan akalnya. Berbeda dari binatang, misalnya, karena manusia mampu secara relatif maksimal dalam mendayagunakan dengan tepat dan baik kecerdasan akalnya.

Keberadaan manusia antara lain diwarnai oleh akalnya, yang padanya terletak potensi dan aktifitas untuk menimbang, berpikir, menentukan pilihan-pilihan, atau mengambil satu alternatif keputusan atas rangkaian setiap masalah yang datang silih berganti sepanjang hayatnya. Oleh sebab itu, eksistensi manusia sangat ditentukan oleh keberadaan dan kewarasan akalnya.

Perbedaan antar manusia yang sama-sama berakal dalam segala halnya dari perspektif yang melingkupinya sepertinya bukan karena manusia lebih berakal dari manusia lain, melainkan karena setiap atau sebagian manusia mengarahkan potensi akalnya itu ke arah atau jalur yang berbeda, atau mungkin juga karena tingkat potensi kecerdasan manusia yang berbeda, sehingga sebagiannya melihat dengan akurat apa yang tidak terlihat oleh yang lainnya.

Dengan kata lain dapat dinyatakan bahwa kehidupan manusia di dunia ini menjadi statis atau dinamis, mundur atau maju, primitif atau berperadaban maju dan seterusnya adalah sangat dipengaruhi oleh aktivitas kecerdasan akal manusia yang terus berpikir, berinovasi, menentukan pilihan, dan atau memiliki kehendak yang berbeda-beda.

UNTUK DAPAT MEMBACA ARTIKEL INI SILAKAN LOGIN TERLEBIH DULU. KLIK LOGIN